Tema: "Wisata Indonesia dan Impianku"
Melihat
Ranah Minang Lebih Dekat
Alkisah
hidup seorang anak bersama ibunya di desa terpencil yang berada di pesisir
pantai Sumatera Barat. Mereka hidup dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Melihat ibunya membanting tulang siang dan malam untuk membesarkan dirinya,
anak ini kemudian memutuskan untuk pergi merantau. Awalnya ibunya melarang,
namun anak ini bersikeras hingga akhirnya ia pergi merantau dengan kapal
seorang saudagar.
Di
tengah perjalanan, kapal saudagar tersebut diserang oleh bajak laut. Semua
barang dagangan dirampas dan orang-orang yang ada di kapal dibunuh. Anak ini
beruntung karena bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup kayu. Setelah
bajak laut itu pergi, kapal yang ditumpangi anak itu akhirnya terdampar di
sebuah pantai setelah sekian hari terkatung-katung di tengah laut.
Dengan
tenaga yang tersisa, anak ini kemudian pergi ke desa terdekat dengan pantai. Ia
bekerja dengan ulet dan gigih hingga akhirnya menjadi kaya raya dan bisa
membeli banyak kapal dagang. Ia pun mempersunting seorang gadis untuk menjadi
istrinya. Rupanya berita anak itu menjadi kaya raya terdengar juga ke telinga
ibunya. Ibunya berharap anak itu segera pulang kembali ke kampung halamannya.
Suatu
hari, kapal dagang anak itu singgah di kampung halamannya. Ibu anak itu
menyadari bahwa anak itu adalah anaknya sendiri. Ia pun berlari, menghampiri,
dan memeluk anak itu ke dermaga. Namun anak itu marah dan tidak mengakui wanita
tua itu ibunya sendiri karena merasa malu dengan istri dan anak buahnya. Anak
itu pun kembali berlayar dan hati ibu kandung anak itu pun sakit.
Ibu
itu pun berdoa dan mengutuk jika anak itu memang anaknya, ia dikutuk menjadi
batu. Tak lama setelah itu, kapal dagang yang ditumpangi anak itu pun karam
menabrak batu karang. Tubuh anak itu berubah menjadi kaku. Di sisa akhir
kehidupannya, anak itu hanya bisa menyesali perbuatannya sebelum akhirnya
menjadi batu. Batu anak itu pun bisa ditemukan kini di Pantai Aie Manih atau
Pantai Air Manis.
Legenda
Malin Kundang yang terkenal dari Padang, Sumatera Barat itu pasti pernah kita
dengar saat duduk di bangku SD. Cerita rakyat yang sarat pesan moral ini boleh
dikatakan salah satu daya tarik wisata Padang yang membuat saya ingin
berkunjung. Melihat batu Malin Kundang tentu memberikan sebuah pesan simbolik
bahwa sesukses apapun kita, tak ada ada artinya tanpa restu dan doa dari orang
tua yang telah merawat dan membesarkan kita selama ini.
Tentu
Padang tidak hanya berbicara tentang Malin Kundang semata, banyak sekali hal
yang membuat saya menjadikan Padang sebagai destinasi wisata impian. Rasa
penasaran saya terhadap Padang juga muncul melihat sajian makanan khas Padang
yang ada di seluruh penjuru Indonesia. Rendang, ayam pop, daun singkong, dan
sambal hijau yang menggoyang lidah menjadikan saya penasaran dengan kuliner di
tempat asalnya. Saya ingin mencicipi the
real taste of Padang tentunya.
Tak
kenal, maka tak sayang. Bagi saya, Museum Adityawarman adalah tempat yang cocok
untuk mengenali seperti apa Padang itu. Museum yang sudah berdiri sejak 1974
ini menjadi ikon Padang dengan rumah adatnya yang menyimpan berbagai benda
bersejarah Padang dari masa ke masa. Boleh dikatakan tempat ini adalah taman
mininya orang Padang yang paling terkenal karena koleksi kebudayaannya yang
sangat kental. Saya pun bisa mengenal seperti apa Padang lewat destinasi ini.
Hal
lain yang ingin saya lihat di Padang adalah pantai-pantainya yang eksotis dan
mendunia. Sebut saja, Pantai Nirwana yang indah saat menikmati matahari
terbenam, Pantai Pasir Jambak yang tenang dan tentram, serta Pantai Padang yang
cocok untuk dikunjungi bersama keluarga. Saya bisa menikmati keindahan pantai
yang memukau sambil melepaskan berbagai pikiran yang membelenggu dari kesibukan
sehari-hari.
Tak
ketinggalan Air Terjun Tingkat Tiga yang sangat memukau, sekaligus menantang
karena akses menuju destinasi ini sangat sulit dicapai. Saya bisa menguji jiwa
petualangan saya dengan berkunjung ke Air Terjun Tingkat Tiga yang terletak di
Desa Cendikar. Ada lagi Lembah Anai yang sangat terkenal dan menjadi maskot
pariwisata Padang yang wajib dikunjungi. Lembah yang mempunyai 3 air terjun
setinggi 35 meter ini terletak 60 km dari kota Padang. Nuansa damai dan teduh
pun akan terasa tatkala saya bisa menapakkan kaki di tempat ini.
Satu
destinasi lain yang tak boleh dilewatkan adalah Sitinjau Lauik yang sering
disebut Padang Scenic Point. Kita bisa melihat pemandangan kota Padang dari
atas secara menyeluruh. Bahkan kita bisa melihat Samudera Hindia di kejauhan.
Pemandangan yang luas dan hijau pun menjadi permadani hidup yang sangat elok
dan tak terlupakan untuk dilihat. Saya ingin sekali rasanya melihat keindahan
kota Padang dari atas Sitinjau Lauik ini.
Melihat
berbagai pesona, keajaiban, dan keindahan yang dimiliki Padang ini rasanya saya
tak perlu ragu untuk menjadikan Padang sebagai destinasi impian saya. Destinasi
yang dikenal dengan nama Ranah Minang ini bukan hanya berbicara tentang
kulinernya yang mendunia, tetapi juga legenda, pantai, dan catatan historisnya
yang memukau. Saya pun seolah dibuat terhanyut oleh keindahan Padang yang tidak
kalah menariknya dengan destinasi wisata luar negeri.
Semoga suatu saat nanti, saya bisa duduk
santai sambil melihat Jembatan Siti Nurbaya yang elok dihiasi kapal kayu sambil
menikmati matahari tenggelam di sore hari di Padang.
~
oOo ~