Sunday, August 14, 2016

Empat Windu Universitas Terbuka: Transformasi Pendidikan Tinggi Indonesia Berbasis Partisipasi Mahasiswa

Blog Competition Dies Natalis UT 32
Tema : "Empat Windu Membangun Negeriku"


Empat Windu Universitas Terbuka: Transformasi Pendidikan Tinggi Indonesia Berbasis Partisipasi Mahasiswa
http://www.ut.ac.id/


Dewasa ini, pendidikan tinggi seringkali dianggap sebagai lembaga pendidikan yang mampu memperbaiki nasib anak bangsa. Lewat ijazah S1, diharapkan lulusan pendidikan tinggi mampu mencapai karier yang diharapkan dengan kompetensi yang dimiliki. Tak heran rasanya jika peminat pendidikan tinggi terus bertambah dari tahun ke tahun. Berbagai perguruan tinggi dan universitas menyiapkan mekanisme seleksi yang ketat guna mendapatkan bibit mahasiswa yang unggul. Pada akhirnya, pendidikan tinggi menjadi inkubator mahasiswa dalam mempersiapkan diri menghadapi tantangan dalam dunia karier.             

Sayangnya, keberadaan pendidikan tinggi di Indonesia masih terkonsentrasi pada Pulau Jawa. Mau tidak mau, calon mahasiswa yang mau menempuh pendidikan tinggi harus mempersiapkan dana ekstra untuk biaya kost, makan sehari-hari, hingga buku paket. Bagi keluarga yang mampu secara finansial, hal ini tidak menjadi soal. Namun bagi keluarga yang hidup pas-pasan, hal ini tentu memberatkan dan membuat cita-cita calon mahasiswa untuk menempuh pendidikan menjadi padam karena kondisi ekonomi.

Melihat kondisi struktur dan geografis Indonesia yang sangat luas dan pembangunan infrastruktur masih terfokus pada Pulau Jawa, maka keberadaan Universitas Terbuka ibarat oase bagi calon mahasiswa Indonesia yang baru saja lulus dari bangku SMA untuk tetap merangkai mimpi di bangku kuliah. Universitas Terbuka memberikan suatu kesegaran dalam dunia pendidikan Indonesia untuk tetap berkembang dan memperbaharui diri dari hari ke hari.


Revolusi Pendidikan Konvensional

Jika selama ini, pendidikan tinggi menuntut kehadiran mahasiswa secara tatap muka. Universitas Terbuka membuka ruang belajar dengan sistem terbuka dan fleksibel. Mahasiswa bisa belajar sesuai waktu yang mereka miliki. Tak hanya itu, Universitas Terbuka juga tidak membatasi mahasiswa berdasarkan umur, sehingga setiap orang, baik tua maupun muda bisa menempuh pendidikan tinggi tanpa ada diskriminasi usia.

Tak hanya itu, Universitas Terbuka juga tidak membatasi waktu pendaftaran mahasiswa. Jika universitas konvensional pada umumnya memberi batasan tertentu untuk Ujian Saringan Masuk (USM), Universitas Terbuka membuka kesempatan tersebut sepanjang tahun, sehingga calon mahasiswa tidak kehabisan waktu dan umur untuk menempuh pendidikan tinggi, jika tidak diterima di universitas favoritnya.

Layanan akademik yang ditawarkan pun sangat inovatif. Jika universitas pada umumnya hanya menyediakan dosen untuk mengajar di kelas dalam proses pembelajaran, Universitas Terbuka membuka layanan akademik melalui kegiatan tutorial. Kegiatan tutorial ini sendiri terbagi menjadi dua, yakni tutorial tatap muka dan tutorial jarak jauh melalui radio, televisi, dan internet. Layanan ini tentu memudahkan mahasiswa dalam memperoleh bahan ajar tatkala dosen yang bersangkutan berhalangan hadir jika berada di universitas pada umumnya.           

Katalisator Partisipasi Mahasiswa

Satu hal yang menjadi persoalan mendasar pendidikan tinggi di Indonesia adalah kurangnya partisipasi aktif mahasiswa dalam menentukan jalannya proses pendidikan. Rute pendidikan dari bangku SD, SMP, SMA, hingga Universitas seolah menjadi anak tangga yang dianggap formalitas tanpa adanya suatu dorongan. Tuntutan orang tua melihat anaknya bergelar sarjana, serta kebutuhan dunia kerja yang menuntut lulusan pendidikan tinggi sebagai calon karyawan membuat pendidikan tinggi hanya mengejar ijazah. Padahal, pendidikan tinggi seyogianya mempersiapkan mental anak bangsa untuk memasuki dunia kerja yang jauh lebih kompleks dan dinamis dari bangku pendidikan.

Keberadaan Universitas Terbuka ini menjadi suatu bentuk cambuk kasih sayang bagi calon mahasiswa untuk mengejar impian secara gigih dan penuh kerja keras. Jika universitas konvensional pada umumnya menerapkan jam belajar secara terpola dan teratur dengan baik setiap minggunya, maka Universitas Terbuka menuntut mahasiswa untuk displin dan aktif dalam menjalankan proses pendidikan sesuai keinginan mereka sendiri.

Mahasiswa tidak lagi dibebani kewajiban untuk bangun pagi dan berangkat ke kampus, melainkan mereka membuat manajemen waktu sendiri. Hal ini membuat mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar. Belajar tidak lagi menjadi sebuah beban, melainkan sebuah keinginan bahwa mahasiswa tersebut ingin mendapatkan ilmu. Universitas Terbuka mengubah paradigma mahasiswa dari objek menjadi subjek dalam proses pembelajaran.

Selain itu, Universitas Terbuka juga tidak membatasi waktu penyelesaian studi layaknya universitas konvensional. Hal ini membuat mahasiswa punya kesadaran atas kelanjutan studinya di kampus. Jika mahasiswa harus dibatasi 7 tahun untuk lulus, maka biasanya mahasiswa hanya bersemangat belajar karena deadline yang ditetapkan oleh universitas. Waktu yang tidak terbatas untuk lulus ini membuat daya saing mahasiswa akan sangat kentara terlihat, antara mahasiswa yang benar-benar ingin sungguh-sungguh atau hanya sekadar menganggap kuliah sebagai ajang belajar main-main.

Jika bahan ajar universitas konvensional sangat bergantung pada dosen yang mengajar, maka Universitas Terbuka sangat membuka lebar kesempatan bagi mahasiswa untuk mengambil bahan ajar dari segala sumber. Modul-modul yang disiapkan Universitas Terbuka pun berbasis komputer dan internet (CAI dan Web-Supplement), sehingga mudah diakses dan dapat didapatkan dengan mudah oleh mahasiswa. Mahasiswa tidak lagi dicekoki untuk belajar, melainkan aktif belajar secara mandiri dari sumber yang didapatkan.

Universitas Terbuka membuat mahasiswa menjadi aktor atas kesuksesan studi yang ditempuhnya, bukan lagi objek yang dituntun untuk meraih gelar sarjana. Partisipasi mahasiswa dalam proses pendidikan ini juga membuat mahasiswa tahu sasaran dan tujuan yang akan dicapai kelak ketika sudah lulus dari Universitas Terbuka. Berbeda dengan lulusan universitas konvensional yang rata-rata bingung dan bertanya-tanya langkah apa yang akan dilakukan selanjutnya selepas dari bangku kuliah akibat terlalu sering didikte untuk melakukan A dan B.           

Sarjana Tanpa Kata Galau

Kehadiran Universitas Terbuka diharapkan tidak membuat sarjana keluaran pendidikan tinggi menjadi galau karena tidak kunjung mendapatkan lamaran pekerjaan. Lulusan pendidikan tinggi tidak hanya menunggu jadwal wawancara dan seleksi kerja, melainkan mampu menangkap peluang yang ada menjadi sebuah karier yang prospektif dan menjanjikan. Hal ini tentu dilatih dari mentalitas “jemput bola” untuk menjadikan pendidikan sebagai keinginan dan kebutuhan, bukan kebutuhan semata.  

Banyak mahasiswa yang menjadikan pendidikan tinggi hanya sebagai sebuah kebutuhan semata tanpa keinginan, sehingga mereka hanya tertuju pada ijazah dan wisuda semata dengan proses belajar yang asal-asalan. Universitas Terbuka tentu akan membuat mahasiswa belajar karena keinginan dan kebutuhan mereka untuk tetap bersaing dan berkembang di tengah dunia yang memasuki era persaingan global. Sarjana pun menjadi pribadi yang tangguh, penuh inisiatif, dan gigih dalam meraih apa yang mereka inginkan.


Melihat proses pembelajaran yang ditawarkan Universitas Terbuka, rasanya tidak ada lagi kata mustahil bagi pelajar Indonesia untuk mengenyam pendidikan tinggi dengan baik. Kendala waktu, jarak, dan tempat tidak lagi relevan untuk dipersoalkan dengan adanya Universitas Terbuka. Mahasiswa tidak hanya dididik ilmu secara akademis, tetapi juga dituntut untuk berpartisipasi dalam proses pendidikan yang berlangsung.

Semoga dengan adanya Universitas Terbuka di usianya yang ke-32, kuliah tidak lagi menjadi sebuah beban bangun pagi dengan membawa buku paket yang berat, melainkan sebuah proses edukasi yang interaktif, menyenangkan, dan mampu menggali banyak hal di samping ilmu yang didapat. Mahasiswa belajar untuk lebih displin, bertanggung jawab, mempunyai semangat juang, dan yang terpenting inisiatif untuk menentukan ke arah mana kakinya akan melangkah selepas dari bangku kuliah. 
http://www.ut.ac.id/


Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari Universitas Terbuka dalam rangka memperingati HUT Universitas Terbuka ke-32. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan.


~ oOo ~

3 comments:

  1. Betul tuh mas, dengan adanya UT, maka warga negara yang ingin pendidikan tinggi bisa terfasilitasi....

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Maju terus UT. sayangnya di UT tidak ada uts. dan Tuton hanya 8x pertemuan. Saya Harap Tuton Bisa 16x pertemuan agar lebih banyak waktu untuk sharing dan berdiskusi

    ReplyDelete