Sunday, August 31, 2014

Ketika Tak Ada Lagi Air

Lomba Blog Anugerah Jurnalistik AQUA (AJA) IV
Tema : "Air dan Kehidupan, Untuk Indonesia yang Lebih Sehat"



Ketika Tak Ada Lagi Air

Sumber : m.riaupos.co

I. Prolog
Sumber : inilahflores.com
Waktu kecil, guruku berkata, “Anak-anak, jangan lupa cuci tangan sebelum makan ya!” Jawab kami semua, “Ya, Ibu.” Berbondong-bondong kami menghampiri keran air untuk mencuci tangan. Setelah itu, kami langsung duduk manis tatkala Ibu Guru membagikan nasi dan sop lezat sebagai menu makan siang. Aku tak sadar bahwa saat itu air sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan.

Pulang sekolah, mama menyuruhku mandi dan segera berganti pakaian. Sambil membuka keran selebar-lebarnya, aku mandi dengan sepuasnya. Membiarkan air yang sudah penuh di bak mandi tumpah ke lantai tanpa peduli menutup keran. Sambil mengekspresikan diri sebagai penyanyi kamar mandi, aku tak sadar bahwa aku sudah membuang sekian liter air saat mandi setiap harinya.

Beranjak dewasa, tatkala makan siang. Aku membeli sebotol AQUA untuk minum mendampingi makanan yang ku pesan. Aku makan semua nasi dan lauk pauk yang ada dengan lahap. Sesudah itu, aku meminum AQUA setengah botol dan meninggalkannya begitu saja di meja makan. Petugas pun datang membersihkan dan membuang botol bekas minumku ke tempat sampah. Aku tak sadar bahwa saat itu aku sudah membuang sekian mililiter air bersih dengan sia-sia.


Tatkala diopname masuk rumah sakit karena demam berdarah, aku diberi infus oleh dokter. Setiap pagi, dokter mengambil sampel darah untuk diteliti jumlah trombosit yang ada dalam tubuhku. Tak lupa orang tuaku menyuruh untuk banyak minum air putih guna memulihkan kondisi tubuhku dari penyakit. Aku tak sadar bahwa infus, darah, dan air putih adalah komponen air yang sangat lekat dalam kehidupan.


Ketika pelajaran Geografi di bangku SMP, guruku mengajarkan bahwa air itu mempunyai berbagai sifat. Salah satunya adalah mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Hanya saja, aku tak mengerti mengapa masih ada orang yang iseng membuang sampah rumah tangga ke sungai. Air pun menjadi keruh, berbau busuk, dan akhirnya menjadi sarang penyakit tatkala sampai di hilir. Aku tak sadar bahwa air seperti itulah yang selama ini kita gunakan di rumah.


Air itu mempunyai siklus yang berlangsung secara terus menerus. Diawali dengan penguapan, kondensasi, menyublim, hingga akhirnya turun sebagai hujan ke muka Bumi. Air hujan itulah yang diserap oleh tanah dan menjadi cadangan air bersih bagi kita. Hanya saja, aku tak mengerti mengapa pemerintah membabat habis lahan kosong yang tersedia untuk apartemen dan hotel. Lantas ke mana larinya air yang malang itu? Aku tak sadar bahwa air bersih semakin langka saat ini karena ulah manusia itu sendiri.



II. Realita
Sumber : antarafoto.com

Aku, kita, dan ratusan juta manusia di Indonesia tahu bahwa air mempunyai banyak fungsi penting dalam kehidupan. Hanya saja, kita pura-pura tidak tahu bagaimana cara menjaga air yang ada untuk tetap lestari. Toh kita anggap air itu banyak, apalagi Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Kekurangan air menjadi hal yang mustahil untuk terjadi, bukan? Logika berpikir yang keliru ini membuat penghargaan manusia atas air menjadi rendah.   


Air dianggap sebagai benda yang tak bernyawa. Setiap hari, tindakan menyia-nyiakan air menjadi sebuah sinetron yang tak pernah berakhir. Ada yang lupa mematikan keran air setelah cuci tangan, ada yang membiarkan air di bak tumpah karena malas menutup keran di toilet umum, ada yang menyisakan air botol sesudah makan, ada yang mandi berjam-jam di hotel karena tidak mau rugi, dan berbagai fakta lainnya yang seolah menjadikan takdir air sebagai sesuatu yang layak dibuang.


Padahal, berbagai penelitian, riset, dan buku sudah menyebutkan bahwa air mempunyai fungsi yang sangat penting dan vital bagi kebutuhan hidup manusia. Kita tak kekurangan media untuk menyebarluaskan pentingnya menjaga air karena ketersediaan air bersih dewasa ini semakin menipis. Facebook, Twitter, Instagram, dan lain sebagainya seolah hanya dijadikan ajang galau, curhat cinta, dan hal lain yang bersifat personal. Padahal, kebermanfaatan suatu media tergantung dari pemakainya.


Hampir semua orang menganggap bahwa kita takkan pernah kekurangan air. Mungkin kita lebih takut kekurangan BBM yang akhir-akhir ini mulai langka karena tidak bisa mengantar pacar ke mal, berangkat ke kampus, hingga nongkrong di restoran bersama teman. Air masih dianggap ada, namun tiada. Kita memakai air, tapi kita tak tahu bahwa air bersih itu kini terancam.


Kita tak sadar bahwa dari pagi hingga malam, kita menggunakan air untuk memenuhi kebutuhan hidup kita, mulai dari sikat gigi di pagi hari, memasak sarapan, minum kopi, pergi ke toilet, mencuci baju, mandi, hingga mencuci muka di malam hari. Air seperti apakah yang kita gunakan? Tentulah air bersih, bukan air yang sudah tercemar oleh limbah pabrik ataupun kotoran rumah tangga yang mengambang di sungai.



III. Ketiadaan Air
Sumber : antarafoto.com

Kita akan menghargai suatu hal, tatkala hal tersebut hilang dari kehidupan kita. Aku membayangkan tatkala air bersih itu tak ada lagi di muka Bumi. Aku membayangkan setiap muka yang ku temui di kampus berjalan lesu layaknya zombie hidup karena kekurangan cairan. Apalagi air merupakan komponen utama sel tubuh manusia yang mencapai 70 persen. Darah, cairan lambung, hormon, enzim, dan berbagai sel tubuh lainnya yang terbentuk dari air tidak dapat menjalankan fungsinya dengan maksimal.


Ketika melewati perkebunan, ku lihat semua tanaman menjadi layu karena tidak bisa melakukan proses fotosintesis, di mana air berperan penting dalam proses tersebut. Tatkala tersenyum, ku lihat gigi orang-orang di jalan menjadi kekuningan karena tidak sikat gigi. Air minum botol menjadi sebuah harta karun berharga untuk tetap menyambung hidup dari hari ke hari.


Kita terpaksa mandi dari air sungai yang keruh karena air bersih sangat kita butuhkan untuk minum. Belum lagi piring dan baju dicuci dengan air kotor yang dekil. Orang-orang berebutan masuk ke supermarket untuk membeli air bersih, bukan lagi mengantri BBM di pom bensin. Tak lama kemudian, kita semua akan lemas, terkapar, hingga akhirnya meninggal karena kekurangan air bersih.


Itukah proyeksi masa depan yang kita harapkan? Tatkala harga 1 liter air bersih lebih mahal dibandingkan  harga 1 liter premium. Jika bukan kita yang mengalami, apakah kita bangga mewariskan segala malapetaka kekurangan air bersih ini pada anak cucu kita? Sungguh sebuah ironi rasanya jika kita diberi pendidikan dari SD hingga kuliah tentang bagaimana cara menjaga air, tapi kita amnesia mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.



IV. Berguru Pada Alam
Sumber : www.artikelbiologi.com

Air dan kehidupan. Keduanya adalah dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Maka dari itu, menjaga air sama halnya dengan menjaga kehidupan. Apalagi air adalah nyawa dan nafas kehidupan setiap makhluk hidup yang ada di muka Bumi. Menyelamatkan air bersih sama halnya dengan menyelamatkan kehidupan umat manusia di muka Bumi.


Salah satu cara menjaga ketersediaan air bersih adalah mengubah persepsi terhadap air itu sendiri. Selama ini, kita menganggap air pasti tersedia esok hari. Anggaplah jika esok tidak ada lagi air bersih, maka apa yang kita lakukan. Dengan begitu, kita sadar untuk menjaga, melestarikan, dan menyimpan air bersih sebaik mungkin agar kita bisa tetap hidup dan beraktivitas dengan baik esok hari.


Ketika air mineral yang ada di botol AQUA selama ini kita sia-siakan, mulailah untuk menghabiskan air hingga tuntas. Isilah tubuh kita dengan air yang mampu membangkitkan metabolisme dan kesegaran tubuh kita, sehingga pikiran dan setiap tindakan yang kita lakukan dapat berjalan dengan prima. Meminum air 8 gelas sehari tentu akan menjadikan Indonesia lebih sehat.


Alam mengajarkan kita untuk hidup seimbang. Maka dari itu, menjaga keseimbangan itu menjadi sebuah keniscayaan yang harus dilakukan agar proses kehidupan dapat berjalan secara terus menerus dan berkesinambungan. Jangan salahkan alam jika banjir terjadi di kota besar karena perilaku masyarakat yang suka membuang sampah ke sungai, jangan salahkan alam jika terjadi kekeringan karena kurangnya daerah resapan air, jangan salahkan alam jika PDAM kekurangan air bersih karena sumur yang ada sudah dibeton untuk apartemen.


Tatkala keseimbangan itu terganggu, maka proses alam membentuk pola sirkuler baru yang bisa merugikan manusia itu sendiri. Alam telah memberikan tanda, tinggal bagaimana cara kita merespon tanda-tanda tersebut dengan bijak. Apakah membiarkan dan pura-pura tidak peduli atau justru aktif mengambil bagian dalam upaya menyelamatkan air bersih ini agar kita masih bisa menikmati masa depan yang lebih baik.



V. Epilog
Sumber : www.tempo.co

Aku sadar bahwa air bersih sangatlah penting untuk menunjang kehidupan umat manusia. Lewat hal kecil, aku bisa menyelamatkan air bersih dari kealpaan fungsinya. Aku bisa mulai menutup keran air tatkala sudah tidak digunakan, mandi dengan air secukupnya, dan tidak lagi asal-asalan membuang sampah ke sungai.


Aku tak lagi berbicara tentang teori air, capung, biopori, dan reboisasi, tapi melakukan apa yang bisa ku lakukan demi terjaganya kualitas air bersih di masa mendatang. Ketika setiap aku, kita, dan jutaan masyarakat lainnya bisa berpartisipasi, sadar, dan percaya bahwa air bersih itu penting, maka secara tidak langsung kita menginvestasikan air bersih untuk generasi yang akan datang. Janganlah berpikir untuk mengubah dunia, melainkan mengubah diri sendiri lewat cara memperlakukankan air secara personal dengan lebih baik.


Lewat air, kita bisa membangun pendidikan yang lebih baik. Anak-anak dapat pergi ke sekolah dengan semangat. Mereka bisa meminum sebotol AQUA agar bisa berkonsentrasi di kelas dengan baik. Mereka bisa berlari riang gembira di lapangan, berolahraga, dan menempuh ujian dengan maksimal. Mereka tak perlu takut lemas dan haus karena tersedia air bersih untuk mereka.


Lewat air, kita bisa menyehatkan Indonesia. Ibu rumah tangga tak lagi harus mandi, mencuci baju, dan memasak dengan air sungai yang sudah tercemar limbah pabrik, tetapi dapat menggunakan air bersih. Air yang bersih dan higienis membuat berbagai macam penyakit kulit, paru-paru, ginjal, dan lain sebagainya menjadi terdegradasi. Secara otomatis, keluarga miskin yang tinggal di bantaran sungai tidak lagi sakit-sakitan karena konsumsi air yang tidak layak digunakan.


Tidak ada lagi penyakit yang terstruktur, sistematis, dan masif yang terjadi pada masyarakat Indonesia, seperti batu ginjal akibat penumpukan zat kimia berbahaya dari air yang tidak sehat. Air bersih akan membuat angka harapan hidup masyarakat Indonesia menjadi lebih tinggi karena kualitas kesehatan yang baik.


Lewat air, kita menaruh harapan. Kelak anak cucu kita tak perlu takut kekurangan air bersih. Mereka bisa berkarya, berprestasi, dan belajar dengan baik karena asupan gizi yang baik. Layaknya air yang mengalir, mereka bisa mengikuti setiap rute perjalanan kehidupan dari hulu ke hilir. Kita bahkan bisa bermimpi bahwa kelak air bersih layak minum itu akan hadir di keran air rumah kita masing-masing lewat tangan mereka.


Aku percaya bahwa air bersih itu ada karena kita menghendakinya. Mereka tetap ada di mata, hati, dan setiap aliran darah yang mengalir di tubuh kita selama kita menjaganya. Mari kita menghidupi air, maka air akan menghidupkan kita semua!
Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Anugerah Jurnalistik AQUA (AJA) IV.



~ oOo ~

No comments:

Post a Comment