Penghujung tahun 2020 memang menjadi saat yang tepat untuk memaknai kehidupan. Sejauh apa dan bagaimana kehidupan membawa kita pada sebuah titik yang kita lalui saat ini. Memang bukanlah hal yang mudah mengukur kehidupan dengan kondisi yang serba tak menentu, hati yang gelisah, dan rasa kekecewaan mendalam, namun bukankah hidup juga merupakan sebuah proses. Proses belajar untuk menerima dan merelakan, yang terkesan klise namun sulit untuk dicerna dan dipahami.
Sumber: tinybuddha.com |
Tak ada lagi kata resolusi tahun baru, tak ada lagi kegembiraan tahun baru yang tampak dalam masa krisis. Ya, memang tahun 2020 bukanlah tahun yang ideal atau sekadar bercermin tentang apa dan bagaimana semua terjadi. Semua bagaikan mimpi, bukan? Rencana dan resolusi ibarat uap air yang mengembun tatkala kehidupan berbalik seketika. Kau, aku, dan mereka menatap kalender layaknya cerita anak-anak yang tak kunjung tuntas.
Ketika hidup dipaksa berhenti sejenak, bukankah kita pun dipaksa untuk melihat kembali diri kita yang terkesan harus terus berlari sepanjang saat tanpa jeda dan istirahat. Seolah semua mengejar cerita dalam kebimbangan yang tak pasti. Tapi kini kita belajar untuk menemukan kembali sesungguhnya apa kehidupan. Apakah kehidupan itu akan selalu berasa seperti permen lolipop yang menantimu di rak pinggir kasir atau tawa yang kau peroleh ketika mendapat kejutan spesial dari teman.
Nyatanya kau menemukan kala sepi, gundah, gelisah, dan kehampaan itu sebuah cerita tentang dirimu. Diri yang sudah terbentuk belasan atau bahkan puluhan tahun yang menikmati kehidupan layaknya secangkir kopi. Kadang manis, kecut, pahit, namun memberi sensasi dan kenikmatan yang berbeda. Bukan lagi soal manis yang membuatmu sakit diabetes, melainkan pil pahit yang membuatmu kuat dan bertahan menghadapi itu semua.
2020 sudah di akhir cerita. Tahun depan apakah semua masih berharap akan adanya cerita indah bak kisah dongeng? Ada yang berharap, ada pula yang apatis. Tapi bolehkah sejenak kita kembali ke masa lampau, di mana seorang anak kecil yang bisa tertawa setelah terjatuh dari sepeda, bersorak setelah terluka akibat bermain, dan ceria setelah dijahili teman-temannya. Sekuat itukah kita saat ini? Mungkin catatan itu perlu menjadi sebuah memoar dari 2020 tentang menemukan. Ya, menemukan siapa sebenarnya diri kita.
Selamat Tahun Baru 2021!
No comments:
Post a Comment