Sunday, August 14, 2016

Empat Windu Universitas Terbuka: Transformasi Pendidikan Tinggi Indonesia Berbasis Partisipasi Mahasiswa

Blog Competition Dies Natalis UT 32
Tema : "Empat Windu Membangun Negeriku"


Empat Windu Universitas Terbuka: Transformasi Pendidikan Tinggi Indonesia Berbasis Partisipasi Mahasiswa
http://www.ut.ac.id/


Dewasa ini, pendidikan tinggi seringkali dianggap sebagai lembaga pendidikan yang mampu memperbaiki nasib anak bangsa. Lewat ijazah S1, diharapkan lulusan pendidikan tinggi mampu mencapai karier yang diharapkan dengan kompetensi yang dimiliki. Tak heran rasanya jika peminat pendidikan tinggi terus bertambah dari tahun ke tahun. Berbagai perguruan tinggi dan universitas menyiapkan mekanisme seleksi yang ketat guna mendapatkan bibit mahasiswa yang unggul. Pada akhirnya, pendidikan tinggi menjadi inkubator mahasiswa dalam mempersiapkan diri menghadapi tantangan dalam dunia karier.             

Sayangnya, keberadaan pendidikan tinggi di Indonesia masih terkonsentrasi pada Pulau Jawa. Mau tidak mau, calon mahasiswa yang mau menempuh pendidikan tinggi harus mempersiapkan dana ekstra untuk biaya kost, makan sehari-hari, hingga buku paket. Bagi keluarga yang mampu secara finansial, hal ini tidak menjadi soal. Namun bagi keluarga yang hidup pas-pasan, hal ini tentu memberatkan dan membuat cita-cita calon mahasiswa untuk menempuh pendidikan menjadi padam karena kondisi ekonomi.

Melihat kondisi struktur dan geografis Indonesia yang sangat luas dan pembangunan infrastruktur masih terfokus pada Pulau Jawa, maka keberadaan Universitas Terbuka ibarat oase bagi calon mahasiswa Indonesia yang baru saja lulus dari bangku SMA untuk tetap merangkai mimpi di bangku kuliah. Universitas Terbuka memberikan suatu kesegaran dalam dunia pendidikan Indonesia untuk tetap berkembang dan memperbaharui diri dari hari ke hari.


Revolusi Pendidikan Konvensional

Jika selama ini, pendidikan tinggi menuntut kehadiran mahasiswa secara tatap muka. Universitas Terbuka membuka ruang belajar dengan sistem terbuka dan fleksibel. Mahasiswa bisa belajar sesuai waktu yang mereka miliki. Tak hanya itu, Universitas Terbuka juga tidak membatasi mahasiswa berdasarkan umur, sehingga setiap orang, baik tua maupun muda bisa menempuh pendidikan tinggi tanpa ada diskriminasi usia.

Tak hanya itu, Universitas Terbuka juga tidak membatasi waktu pendaftaran mahasiswa. Jika universitas konvensional pada umumnya memberi batasan tertentu untuk Ujian Saringan Masuk (USM), Universitas Terbuka membuka kesempatan tersebut sepanjang tahun, sehingga calon mahasiswa tidak kehabisan waktu dan umur untuk menempuh pendidikan tinggi, jika tidak diterima di universitas favoritnya.

Layanan akademik yang ditawarkan pun sangat inovatif. Jika universitas pada umumnya hanya menyediakan dosen untuk mengajar di kelas dalam proses pembelajaran, Universitas Terbuka membuka layanan akademik melalui kegiatan tutorial. Kegiatan tutorial ini sendiri terbagi menjadi dua, yakni tutorial tatap muka dan tutorial jarak jauh melalui radio, televisi, dan internet. Layanan ini tentu memudahkan mahasiswa dalam memperoleh bahan ajar tatkala dosen yang bersangkutan berhalangan hadir jika berada di universitas pada umumnya.           

Katalisator Partisipasi Mahasiswa

Satu hal yang menjadi persoalan mendasar pendidikan tinggi di Indonesia adalah kurangnya partisipasi aktif mahasiswa dalam menentukan jalannya proses pendidikan. Rute pendidikan dari bangku SD, SMP, SMA, hingga Universitas seolah menjadi anak tangga yang dianggap formalitas tanpa adanya suatu dorongan. Tuntutan orang tua melihat anaknya bergelar sarjana, serta kebutuhan dunia kerja yang menuntut lulusan pendidikan tinggi sebagai calon karyawan membuat pendidikan tinggi hanya mengejar ijazah. Padahal, pendidikan tinggi seyogianya mempersiapkan mental anak bangsa untuk memasuki dunia kerja yang jauh lebih kompleks dan dinamis dari bangku pendidikan.

Keberadaan Universitas Terbuka ini menjadi suatu bentuk cambuk kasih sayang bagi calon mahasiswa untuk mengejar impian secara gigih dan penuh kerja keras. Jika universitas konvensional pada umumnya menerapkan jam belajar secara terpola dan teratur dengan baik setiap minggunya, maka Universitas Terbuka menuntut mahasiswa untuk displin dan aktif dalam menjalankan proses pendidikan sesuai keinginan mereka sendiri.

Mahasiswa tidak lagi dibebani kewajiban untuk bangun pagi dan berangkat ke kampus, melainkan mereka membuat manajemen waktu sendiri. Hal ini membuat mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar. Belajar tidak lagi menjadi sebuah beban, melainkan sebuah keinginan bahwa mahasiswa tersebut ingin mendapatkan ilmu. Universitas Terbuka mengubah paradigma mahasiswa dari objek menjadi subjek dalam proses pembelajaran.

Selain itu, Universitas Terbuka juga tidak membatasi waktu penyelesaian studi layaknya universitas konvensional. Hal ini membuat mahasiswa punya kesadaran atas kelanjutan studinya di kampus. Jika mahasiswa harus dibatasi 7 tahun untuk lulus, maka biasanya mahasiswa hanya bersemangat belajar karena deadline yang ditetapkan oleh universitas. Waktu yang tidak terbatas untuk lulus ini membuat daya saing mahasiswa akan sangat kentara terlihat, antara mahasiswa yang benar-benar ingin sungguh-sungguh atau hanya sekadar menganggap kuliah sebagai ajang belajar main-main.

Jika bahan ajar universitas konvensional sangat bergantung pada dosen yang mengajar, maka Universitas Terbuka sangat membuka lebar kesempatan bagi mahasiswa untuk mengambil bahan ajar dari segala sumber. Modul-modul yang disiapkan Universitas Terbuka pun berbasis komputer dan internet (CAI dan Web-Supplement), sehingga mudah diakses dan dapat didapatkan dengan mudah oleh mahasiswa. Mahasiswa tidak lagi dicekoki untuk belajar, melainkan aktif belajar secara mandiri dari sumber yang didapatkan.

Universitas Terbuka membuat mahasiswa menjadi aktor atas kesuksesan studi yang ditempuhnya, bukan lagi objek yang dituntun untuk meraih gelar sarjana. Partisipasi mahasiswa dalam proses pendidikan ini juga membuat mahasiswa tahu sasaran dan tujuan yang akan dicapai kelak ketika sudah lulus dari Universitas Terbuka. Berbeda dengan lulusan universitas konvensional yang rata-rata bingung dan bertanya-tanya langkah apa yang akan dilakukan selanjutnya selepas dari bangku kuliah akibat terlalu sering didikte untuk melakukan A dan B.           

Sarjana Tanpa Kata Galau

Kehadiran Universitas Terbuka diharapkan tidak membuat sarjana keluaran pendidikan tinggi menjadi galau karena tidak kunjung mendapatkan lamaran pekerjaan. Lulusan pendidikan tinggi tidak hanya menunggu jadwal wawancara dan seleksi kerja, melainkan mampu menangkap peluang yang ada menjadi sebuah karier yang prospektif dan menjanjikan. Hal ini tentu dilatih dari mentalitas “jemput bola” untuk menjadikan pendidikan sebagai keinginan dan kebutuhan, bukan kebutuhan semata.  

Banyak mahasiswa yang menjadikan pendidikan tinggi hanya sebagai sebuah kebutuhan semata tanpa keinginan, sehingga mereka hanya tertuju pada ijazah dan wisuda semata dengan proses belajar yang asal-asalan. Universitas Terbuka tentu akan membuat mahasiswa belajar karena keinginan dan kebutuhan mereka untuk tetap bersaing dan berkembang di tengah dunia yang memasuki era persaingan global. Sarjana pun menjadi pribadi yang tangguh, penuh inisiatif, dan gigih dalam meraih apa yang mereka inginkan.


Melihat proses pembelajaran yang ditawarkan Universitas Terbuka, rasanya tidak ada lagi kata mustahil bagi pelajar Indonesia untuk mengenyam pendidikan tinggi dengan baik. Kendala waktu, jarak, dan tempat tidak lagi relevan untuk dipersoalkan dengan adanya Universitas Terbuka. Mahasiswa tidak hanya dididik ilmu secara akademis, tetapi juga dituntut untuk berpartisipasi dalam proses pendidikan yang berlangsung.

Semoga dengan adanya Universitas Terbuka di usianya yang ke-32, kuliah tidak lagi menjadi sebuah beban bangun pagi dengan membawa buku paket yang berat, melainkan sebuah proses edukasi yang interaktif, menyenangkan, dan mampu menggali banyak hal di samping ilmu yang didapat. Mahasiswa belajar untuk lebih displin, bertanggung jawab, mempunyai semangat juang, dan yang terpenting inisiatif untuk menentukan ke arah mana kakinya akan melangkah selepas dari bangku kuliah. 
http://www.ut.ac.id/


Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari Universitas Terbuka dalam rangka memperingati HUT Universitas Terbuka ke-32. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan.


~ oOo ~

IURAN: Inovasi Urang Bandung



Kompetisi Menulis Blog #InovasiDaerahku
Tema: “Inovasi Daerahku”

IURAN: Inovasi Urang Bandung
Seorang pemimpin, entah itu presiden, gubernur, walikota, camat, lurah, atau ketua RT/RW seringkali dianggap sebagai superman atau superhero dalam menyelesaikan berbagai persoalan di daerah yang mereka pimpin. Ketika sebuah kebijakan atau program digulirkan, tak jarang ada kalangan masyarakat yang bersikap apatis dan pesimis terhadap output dari program tersebut. Padahal tidak semua kebijakan dan program yang dibuat mampu memuaskan semua pihak, kendati program tersebut dibuat dengan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.
Kota Bandung dikenal sebagai kota kreatif yang melahirkan banyak gagasan kreatif dalam berbagai bidang. Sejak dikukuhkan sebagai kota desain dunia oleh UNESCO, Pemkot Bandung tidak lantas puas. Dengan program Inovasi Urang Bandung alias IURAN, Ridwan Kamil ingin mengajak semua lapisan masyarakat yang ada di Kota Bandung untuk terlibat dalam memecahkan persoalan di Kota Bandung tercinta.
             
Semangat program IURAN ini didasari pada kesadaran Pemkot Bandung bahwa masyarakat pun mempunyai gagasan kreatif yang bisa diaplikasikan untuk kebaikan dan kemajuan Kota Bandung. Tidak hanya sekadar menjadi penonton atas berbagai program Pemkot Bandung, tetapi juga mampu menjadi inisiator dari sebuah aksi perubahan yang berdampak besar bagi kehidupan masyarakat di Kota Bandung. 
Sebagai imbalannya, masyarakat yang idenya berhasil diaplikasikan Pemkot Bandung akan diberikan insentif sebagai apresiasi atas wujud kepedulian dan keterlibatan akan kemajuan Kota Bandung. Tentu inovasi daerah dalam bentuk program IURAN ini patut diacungi jempol karena mampu membangkitkan sense of belonging atau rasa memiliki Kota Bandung dari masyarakat Bandung itu sendiri.
             
Masih segar di ingatan saya, slogan “Bandung Lautan Runtah” sempat mencuat karena banyaknya sampah yang dibuang sembarangan di pinggir jalan. Akibatnya, image Kota Bandung sebagai Kota Kembang dan Paris van Java pun sempat disangsikan karena ketidakmampuan Pemkot Bandung dalam membersihkan sampah yang ada di Kota Bandung. Tentu melalui program IURAN, masyarakat tidak hanya menjadi tim sorak yang mempertanyakan di mana tanggung jawab pemerintah, melainkan membantu pemerintah memberikan solusi yang aplikatif untuk diterapkan di Kota Bandung. Sangat mudah tentunya untuk mengkritik dan mencibir, tetapi lewat IURAN, aspirasi masyarakat diwujudnyatakan menjadi sebuah program yang nyata, sehingga semangat “dari, oleh, dan untuk masyarakat Kota Bandung” sangat terasa.
Dengan tampilan website dan akun media sosial yang dinamis, kreatif, serta berjiwa muda, program IURAN berhasil menarik minat anak muda Bandung untuk terlibat dalam memberikan ide kreatif dalam menyelesaikan persoalan di Kota Bandung. Jika sebelumnya solusi dan aspirasi Kota Bandung hanya diberikan oleh sesepuh atau para ahli yang memiliki kualifikasi pendidikan yang tinggi, kini siapapun dapat berkontribusi, terlepas dari latar belakang pendidikan, usia, jenis kelamin, maupun jabatan yang dimiliki.
             
Melihat program IURAN, saya rasa ini adalah Kabar Baik untuk masyarakat Bandung. Inovasi Daerah yang digagas Ridwan Kamil ini mampu mendayagunakan masyarakat sebagai agen perubahan itu sendiri. Tentu kemajuan Kota Bandung berkontribusi Untuk Indonesia yang lebih baik. Jika Kota Bandung saja mampu memberdayakan masyarakatnya untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif, tentu kota lain pun mampu. Secara tidak langsung, Kota Bandung sudah menjadi pilot project dalam program pemberdayaan masyarakat dengan nama IURAN ini.
Saya percaya bahwa #InovasiDaerahku dengan program Inovasi Urang Bandung ini bukan hanya sebuah program yang inspiratif, tetapi juga sebuah aksi gotong royong yang menjunjung tinggi semangat Bhinneka Tunggal Ika dan jati diri bangsa Indonesia. Saya bangga menjadi orang Bandung dan saya mau terlibat untuk memajukan Kota Bandung tercinta dengan berbaga ide kreatif melalui program IURAN!

Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku - https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku

Saturday, August 13, 2016

Medali Emas Bernama Penghargaan

Sodexo Blog Contest
Tema: "Seberapa Penting Sebuah Penghargaan Bagi Kamu?"




Medali Emas Bernama Penghargaan

edafile.com

Sepuluh tahun yang lalu, seorang remaja berperawakan kecil baru saja memasuki bangku SMP. Dengan semangat, ia mencari ruang kelas dan duduk di kursi yang kosong. Ini hari pertama sekolah di tempat yang baru. Bersama dengan teman-teman lain yang berasal dari berbagai SD unggulan di Kota Bandung, ia pun tampak antusias mengikuti sistem pendidikan baru di bangku SMP. Baginya, masuk SMP unggulan di Kota Bandung merupakan kebanggaan dan juga menjadi tantangan tersendiri.

           

Hari demi hari ia lewati di bangku SMP. Ia berusaha mengikuti semua mata pelajaran yang terbilang baru dengan sebaik-baiknya. Sayangnya, beberapa mata kuliah, seperti Bahasa Inggris, Fisika, dan Matematika membuatnya patah arang. Dalam ujian pertama Bahasa Inggris, ia bahkan mendapat nilai terendah sekelas karena salah mendengarkan instruksi guru Bahasa Inggrisnya. Belum lagi ulangan Fisika dan Matematika yang sulit terkadang membuatnya harus belajar lebih keras dan bahkan mengulang di ujian remedial karena tidak memenuhi nilai Kriteria Kelulusan Minimal (KKM).

           

Di tengah keputusasaan yang melanda, ada sebuah pelajaran yang membuatnya terus termotivasi untuk belajar. Ya, Bahasa Indonesia sudah menjadi mata pelajaran favoritnya. Pernah guru Bahasa Indonesia menugaskan remaja ini membuat sebuah puisi. Bagi remaja ini, puisi adalah sebuah media yang sangat menyenangkan untuk menumpahkan kreasi dan permainan kata. Ia pun mengumpulkan puisi sederhana itu pada guru Bahasa Indonesia. Saat buku tugasnya dikembalikan, remaja ini sangat senang karena guru Bahasa Indonesia memberinya nilai 85.

           

Sejak saat itu, remaja ini bersemangat untuk pergi ke sekolah. Meskipun ada mata pelajaran yang dilalui dengan begitu sulit, ia selalu semangat tatkala pelajaran Bahasa Indonesia dimulai. Nilai 85 yang ia peroleh saat itu menjadi sebuah bahan bakar yang mendorongnya untuk terus berkarya. Tak jarang ia menuliskan puisi dan meminta guru Bahasa Indonesianya untuk memberi komentar dan masukan akan karyanya. Guru Bahasa Indonesia itu pun dengan senang hati membaca karya remaja polos itu.

           

Setelah lulus dan naik kelas, Bahasa Indonesia menjadi pelajaran favoritnya. Ketika duduk di kelas 2 SMP, ia bertemu guru Bahasa Indonesia yang mendorongnya untuk menuliskan opini ke media massa. Ia pun semakin mengasah kemampuan menulisnya. Berbagai tulisan pun mulai ia tuliskan, mulai dari puisi, cerpen, opini, dan artikel. Lewat produktivitas dan usaha yang tiada henti, berbagai tulisan pun mulai beredar di media massa. Guru Bahasa Indonesianya pun memberikan nilai 100 untuk setiap tulisan yang masuk media massa.

           

Singkat kata, remaja ini tumbuh sebagai penulis yang memenangkan banyak kompetisi, baik di tingkat provinsi, nasional, maupun internasional. Ia pernah bertemu Ridwan Kamil, Mari Elka Pangestu, bahkan mewakili Indonesia untuk menghadiri sebuah konferensi di negeri Merlion karena tulisan yang dibuatnya. Mungkin cerita ini akan berbeda jika tak ada satupun guru yang memberinya penghargaan. Ia mungkin akan tumbuh sebagai remaja yang pemurung, depresi, dan pesimis karena banyaknya nilai merah yang harus diremedial karena standar pendidikan yang sulit.

           

Banyak orang mengartikan penghargaan adalah momen pemberian piala pada juara dalam sebuah kompetisi. Jauh dari itu, penghargaan adalah sebuah sikap yang menunjukkan kebanggaan akan usaha yang telah dilakukan orang lain. Tak perlu jauh-jauh, ucapan terima kasih yang kita berikan pada orang tua yang telah merawat dan membesarkan kita adalah wujud dari sebuah penghargaan.

           

Penghargaan adalah bahan bakar yang sangat ampuh untuk memberikan seseorang semangat dan motivasi yang memacunya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Saya percaya tidak ada satupun anak yang bodoh di sekolah. Semua anak memiliki potensinya masing-masing, hanya saja standarisasi pendidikan yang memberikan label bahwa anak yang memiliki nilai tinggi dalam mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi adalah anak yang cerdas membuat anak lain menjadi rendah diri.

           

Jika penghargaan di bangku sekolah diberikan dengan nilai yang bagus. Penghargaan pada orang tercinta dapat kita berikan dengan Voucher Belanja Sodexo. Voucher belanja nomor 1 di Indonesia ini memberikan kemudahan bagi orang yang kita cintai untuk berbelanja di lebih dari 14.000 outlet di Indonesia. Belum lagi banyak sekali Merchant Sodexo yang tergabung dalam jaringan Sodexo. Mereka yang kita cintai dapat membelanjakan Voucher Belanja Sodexo dengan kepuasan maksimal, serta mendapat penghargaan yang nyata.

           

Saya percaya bahwa penghargaan adalah sebuah elemen yang penting dalam kehidupan manusia. Penghargaan bukanlah soal memuji apa yang dicapai, melainkan bagaimana memotivasi usaha seseorang yang sedang berjalan untuk mencapai suatu target. Lewat penghargaan, siapapun seolah mendapat medali emas dalam kehidupan. Penghargaan memberikan kepercayaan diri, motivasi, serta kerja keras yang tiada henti karena percaya akan kemampuan yang mereka miliki.

bisnismoo.com
Remaja polos itu pun tidak akan menjadi seorang yang besar tanpa penghargaan yang diberikan oleh guru Bahasa Indonesianya di bangku SMP. Maka, penghargaan sangatlah penting bagi remaja berperawakan kecil itu. Remaja kecil itu adalah aku.


~ oOo ~

Menghilang Dalam Garis Khatulistiwa

Lomba Blog Cinta Indonesia Airpaz.com
Tema: "Aku Cinta Indonesia"




Menghilang Dalam Garis Khatulistiwa

Sumber: www.indonesia-tourism.com

Berbicara tentang pesona alam Indonesia, tentu kita dapat menyebutkan berbagai tempat wisata alam favorit, seperti Raja Ampat dengan keindahan biota lautnya yang eksotis, Lombok dengan Gili Trawangan yang memukau, Manado dengan spot diving Bunaken yang terkenal, Belitung dengan batuan besar dan pantai putih yang indah, dan masih banyak lainnya. Belum lagi keindahan alam Indonesia lainnya yang belum tereksplorasi dengan baik di antara 13.466 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Sumber: www.davishunter.com

Bukan hanya keindahan alam yang identik dengan pantai, kekayaan biota laut, pegunungan, dan dataran hijau yang menyejukkan, Indonesia juga memiliki fenomena alam yang menakjubkan. Jika manusia selalu diikuti bayangannya selama berjalan atau berdiri di bawah sinar matahari, maka di Tugu Khatulistiwa Pontianak, kita akan berjalan atau berdiri seorang diri tanpa bayangan kita. Lho kok bisa?

             
Sebagai titik yang dilalui garis lintang 0 derajat, Tugu Khatulistiwa menjadi lokasi titik kulminasi matahari, di mana matahari tepat berada di atas Tugu Khatulistiwa. Tak heran jika bayangan kita pun akan menghilang karena matahari berada tepat sejajar dengan tubuh kita. Belum lagi panas matahari akan terasa sangat menyengat dan membakar karena posisi matahari benar-benar tepat di atas kepala kita. 
Sumber: wisatapontianak.com

Bukan hanya menikmati bayangan yang “menghilang”, kita juga bisa menelusuri garis khatulistiwa dan mendapatkan sertifikat “Piagam Perlintasan Khatulistiwa”. Pastinya seru sekali, bukan? Kita dapat berdiri di tengah-tengah garis Bumi yang membelah bagian Bumi utara dan selatan yang hanya dapat dirasakan hanya di 12 negara di seluruh dunia. Pastikan juga untuk tidak memakai pakaian berwarna gelap karena akan terasa sangat panas dan terbakar oleh sinar matahari.




Akomodasi
Sumber: pontinesia.tumblr.com

Akomodasi di Pontianak sangat bervariasi dan terjangkau. Ada losmen, wisma, guest house, hingga hotel berbintang yang dapat menjadi pilihan kita. Harganya berkisar antara Rp 100.000,00 hingga Rp 500.000,00. Pastikan untuk memilih penginapan di kota Pontianak agar dapat menikmati suasana kota dan berwisata kuliner cukup dengan berjalan kaki. Saat musim panen buah, harga buah durian, dukuh, rambutan, manggis, dan buah-buahan lainnya menjadi sangat murah dan terjangkau. Pastikan untuk menikmati kelezatan buah tropis di Pontianak yang nikmat dan menyegarkan. Hanya saja, pastikan untuk memakan durian di luar hotel karena hotel akan menerapkan denda yang besar bagi tamu yang mengonsumsi durian di dalam kamar.



Transportasi
Sumber: www.getborneo.com

Akses transportasi untuk menikmati Tugu Khatulistiwa dan beragam wisata yang ada di Pontianak sangatlah mudah. Kita dapat memilih beragam maskapai untuk menuju Bandara Pontinak (PNK), seperti Lion Air, Sriwijaya Air, Citilink, Kalstar, dan maskapai lainnya. Sesampainya di Pontinak, kita dapat menyewa taksi atau kendaraan untuk mencapai hotel dan melakukan berbagai aktivitas wisata di Pontianak.




Melihat fenomena alam yang langka dan memukau seperti ini, rasanya kurang kalau tidak merasakan sendiri bagaimana rasanya “ditinggalkan” bayangan sendiri di Tugu Khatulistiwa. Mengingat Pontianak hanya dapat dijangkau dengan pesawat dari Jakarta atau Bandung, pastinya saya akan memilih tiket pesawat promo yang murah meriah dan terjangkau. Apalagi kalau dapat hadiah tiket pesawat PP gratis dari Airpaz.com. Pastinya bakal seru banget.

          
Seandainya rejeki nomplok tiket pesawat gratis dari Airpaz.com saya dapatkan, saya pasti  akan memilih penerbangan pagi dengan maskapai Lion Air. Selain bisa menikmati suasana langit yang jernih dari angkasa, saya juga bisa puas menikmati Pontianak secara utuh di hari pertama. Belum lagi harga tiket pesawatnya murah dan bikin kuota uang jajan bertambah buat beli oleh-oleh yang banyak buat keluarga di rumah. Benar-benar sip deh. Aku jadi makin cinta Indonesia dan tahu kalau “Wonderful Indonesia” itu memang benar adanya.