Saturday, January 31, 2015

Jadi Anak Angkat di Jepang

Kuis Berhadiah Kamera Canon Powershot SX400 IS
Topik: “What’s your travel plan in 2015

Jadi Anak Angkat di Jepang
Sumber: desaindesainrumah.com
            Traveling itu identik dengan mengunjungi sebuah objek wisata, belanja oleh-oleh, dan sibuk posting foto di Instagram untuk menunjukkan “I’m here!”. Sebagai seorang traveler, saya ingin sekali mencoba sesuatu yang baru dalam perjalanan saya menjelajahi suatu tempat. Tentu jenuh rasanya jika mengikuti sebuah grup tur yang mengharuskan saya mengikuti pola 5-6-7 alias jam 5 morning call, jam 6 breakfast, dan jam 7 berangkat!
Belum lagi saya harus berlari-lari di sebuah objek wisata karena waktu yang diberikan hanya 30 menit – 1 jam sampai nafas tersengal-sengal karena diaba-aba oleh pemandu tur. Tur membuat saya merasa terburu-buru, capek fisik, dan tidak bisa merefleksikan keindahan tempat wisata karena waktu yang ada benar-benar dikompres sedemikian rupa hingga waktu untuk menikmati dan diam sejenak pun tidak ada.
Pergi traveling secara mandiri pun demikian. Memang tidak ada orang yang memaksa kita bangun pagi dan kita bebas menentukan acara. Membaca peta dan mengunjungi sebuah objek wisata memang menyenangkan awalnya. Tapi jika terus menerus demikian di semua tempat, rasanya kesan wisata seolah hanya mengambil foto dan suasana. Tidak ada kesan yang terlalu istimewa atau mendalam dari sebuah wilayah, kecuali mengatakan “bagus” dan “tidak bagus”.
Merasakan suasana traveling yang monoton dan sangat mainstream inilah, saya terpikir untuk membuat travel plan yang boleh dikatakan tidak umum bagi traveler Indonesia. Saya ingin sekali traveling dengan menjadi anak angkat di Jepang. Boleh dikatakan saya ingin sekali tersesat di sebuah daerah kecil di Jepang dan tinggal bersama penduduk setempat. Saya ingin melihat, merasakan, dan mengerjakan apa yang dikerjakan orang Jepang asli di pedesaan mengingat bangsa ini mempunyai kultur yang sangat kental.
Seru rasanya tinggal dan tidur beralaskan tatami yang sederhana. Mencoba belajar bahasa Jepang dan tata krama yang ada lewat kehidupan sehari-hari. Mengikuti ritme kehidupan yang dipenuhi kerja keras, kesopanan, tepat waktu, dan tradisi yang kuat. Jalan-jalan bersama orang Jepang sebaya melihat wisata yang ada dari perspektif orang lokal, serta mandi bersama di onsen. Rasanya saya seolah dilahirkan kembali alias reborn sebagai orang Jepang dengan fisik orang Indonesia yang mampu mengenali budaya Jepang secara menyeluruh.
Traveling versi saya di tahun 2015 ini tentu akan memberikan banyak sekali pengalaman, wawasan, dan pengetahuan yang dapat disamaratakan dengan membaca ribuan buku tentang Jepang. Menjadi anak angkat memberikan saya kacamata baru tentang bagaimana orang Jepang memandang kehidupan dan semua elemen yang ada didalamnya secara menyeluruh. Semua perspektif itu tentu menjadi bekal berharga bagi saya dalam menjalani kehidupan sepulang dari traveling.
Saya percaya bahwa traveling adalah sebuah perjalanan sakral untuk menemukan diri. Melihat siapa jati diri kita sesungguhnya tanpa topeng kepura-puraan di hadapan teman kantor, melihat ketangguhan diri kita menghadapi insiden tak terduga, dan menguji sejauhmana tingkat toleransi kita akan perbedaan. Traveling memberi saya cermin besar tentang siapa diri saya sesungguhnya yang mungkin selama ini tidak saya kenali juga.
Semoga travel plan saya di tahun 2015 dapat terwujud dan memberikan saya banyak perspektif baru tentang kehidupan yang mengajarkan saya bagaimana seni untuk menghargai, mengisi, dan memaknai hidup dari hari ke hari lewat kebudayaan Jepang yang kental.

Yuk ikuti kuis berhadiah kamera Canon Powershot SX400 IS di www.pergidulu.com juga!

~ oOo ~