Wednesday, May 19, 2010

Menjadi Bangsa yang Berkarakter

Lomba Opini Indonesia Berprestasi
Tema : “Pendidikan Indonesia : Mau Dibawa Ke Mana?”

Menjadi Bangsa yang Berkarakter
Oleh. Daniel Hermawan

Pendidikan ibarat sebuah kunci untuk membuka pintu dunia. Pendidikan memegang peranan penting bagi kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengutamakan pendidikan bagi warganya. Berbagai inovasi, pemikiran, penemuan, dan ide-ide cemerlang lahir dari proses pendidikan. Pendidikan membuat suatu bangsa berpikir kreatif, kritis, dan ingin tahu. Bangsa yang tidak mengenal pendidikan lambat laun akan tergerus oleh arus zaman.

Saat ini pendidikan menjadi isu hangat yang dibicarakan di Indonesia. Berbagai media massa dan elektronik menyajikan berita seputar wajah pendidikan Indonesia saat ini, mulai dari kasus plagiarisme hingga anak putus sekolah. Kasus yang terjadi di lembaga pendidikan ini telah mencoreng citra pendidikan Indonesia di mata internasional. Dunia internasional mulai meragukan kualitas dan kompetensi lulusan Indonesia akibat kasus pelanggaran akademis yang terjadi.

Kasus plagiarisme yang dilakukan Prof. Dr. Anak Agung Banyu Perwita selaku staf pengajar mata kuliah Hubungan Internasional di salah satu universitas swasta yang cukup terkemuka di Indonesia telah menodai citra pengajar Indonesia. Pengajar yang seyogianya memberi teladan bagi peserta didik, justru melakukan pelanggaran akademis yang fatal. Akibat perbuatan ini, Prof. Dr. Anak Agung terancam dipecat dan gelar doktor yang sandangnya saat ini juga terancam dicopot.

Di kalangan pelajar, MZ selaku mahasiswa program doktor di salah satu universitas negeri ternama di Indonesia juga terlibat dalam kasus serupa. MZ menjiplak laporan penelitian ilmuwan Belgia yang diikutsertakan dalam lomba penelitian internasional di China tanpa melampirkan sumber kutipan dan referensi. Akibatnya, gelar doktor MZ dicabut dan nama baik universitas MZ menjadi tercoreng.

Di sisi lain, kemiskinan juga masih menjadi masalah utama kemajuan pendidikan di Indonesia. Sebanyak 8.800 anak putus sekolah terpaksa mengamen dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Padahal mereka masih berusia sangat belia dan berada dalam usia anak sekolah. Mereka harus merelakan masa depan mereka demi memenuhi kebutuhan hidup mereka masing-masing.

Pemerintah sebenarnya sudah melakukan program BOS dan Sekolah Gratis di Indonesia. Sayangnya kedua program ini belum memberikan pencerahan bagi dunia pendidikan Indonesia. Banyak pihak yang seharusnya menjadi sasaran utama program ini justru tidak mendapatkan haknya. Sekolah Gratis juga tidak benar-benar “gratis” dengan berbagai biaya operasional sekolah yang ada, seperti buku pelajaran, seragam, fotokopi, dan lain sebagainya. Akhirnya keberadaan kedua program ini tidak sesuai dengan yang kita harapkan.

Jujur saya prihatin melihat kasus Bank Century yang tak kunjung usai. Para wakil rakyat yang duduk di kursi DPR seakan sibuk dengan berbagai permainan politik yang menguntungkan partainya. Sikap dan tindakan para wakil DPR juga tidak mencerminkan orang yang terdidik dengan aksi dorong-dorongan dan maki-memaki di ruang DPR. Sungguh memprihatinkan memang. Pada akhirnya, pendidikan bangsa yang menjadi kunci keberhasilan suatu bangsa menjadi prioritas yang terabaikan.

Saya rasa pendidikan Indonesia saat ini sudah mengalami degradasi moral. Era kemajuan teknologi dan informasi yang berkembang di Indonesia membuat norma-norma susila yang ada mulai diabaikan. Banyak orang kini menjadikan kebenaran sebagai sesuatu yang relatif, tergantung sudut pandang orang tersebut. Sesuatu yang awalnya dianggap tabu, kini dianggap sebagai sebuah kewajaran. Tak heran jika perilaku-perilaku menyimpang, seperti korupsi, plagiarisme, mencuri, dan berbagai kasus lainnya kini dapat diartikan sebagai kebenaran bagi sekelompok orang.

Melihat fenomena ini, pemerintah mengusung tema Hari Pendidikan Nasional 2010 : “Pendidikan Karakter untuk Membangun Keberadaban Bangsa”. Degradasi moral yang terjadi di dunia pendidikan saat ini dapat diatasi jika kita membenahi karakter dan pola pikir kita selama ini. Kepandaian memang kunci keberhasilan suatu bangsa. Namun, kepandaian tanpa karakter lambat laun akan menghancurkan keberhasilan yang dicapai. Karakter akan membatasi dan memberikan garis yang jelas antara sesuatu yang baik dan buruk untuk dilakukan.

Pendidikan karakter sendiri dapat diberikan di lembaga pendidikan sedari dini. Pelajar harus diajarkan dan dibina untuk menjadi pribadi yang berkarakter. Karakter manusia sendiri mencakup nilai-nilai luhur, integritas, kekuatan mental, tenggang rasa, semangat kerja sama, dan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat. Karakter akan membuat seseorang menjadi cerdas, baik secara intelektual maupun moral.

Menumbuhkan bangsa yang berkarakter memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pengajar dan pemerintah harus bekerja sama dalam mengikis nilai-nilai kebebasan dan individualisme yang melekat dalam diri pelajar. Terlepas dari itu, keluarga juga turut membentuk karakter seseorang sedari dini. Keluarga harus menjadi lembaga pertama dan utama dalam memberikan pemahaman yang benar seputar karakter. Karakter dapat ditumbuhkan dari sikap keteladanan seseorang yang menjadi cerminan bagi orang lain.

Karakter ibarat sebuah pijakan yang menghantarkan kemajuan suatu bangsa. Tugas kita sekarang sebagai pelajar, pengajar, pemerintah, dan keluarga adalah menggali kembali nilai-nilai kebenaran yang tergerus oleh arus zaman. Karakter akan menempatkan manusia pada posisi yang tepat dan potensi yang maksimal. Maka mari kita wujudkan bangsa yang berkarakter dengan membenahi pola pikir dan mentalitas kita selama ini.

~ oOo ~

2 comments:

  1. Saya sangat setuju dengan artikel Anda. Pendidikan kita saat ini memang sudah sangat memprihatinkan dengan adanya berbagai pelanggaran akademis. Saya rasa memang pendidikan karakter memang solusi yang tepat dalam mengembalikan jati diri kita yang luntur oleh arus zaman. Artikel yang inspiratif!

    ReplyDelete