Friday, May 28, 2010

Lingkungan Itu Buta




Lingkungan Itu Buta

Lingkungan itu buta. Lingkungan tidak pernah memandang siapa yang merusak dan merawatnya. Lingkungan memberi respon yang sama kepada seluruh penghuni Bumi, tak peduli seberapa baik atau buruknya orang itu pada lingkungan. Kalimat ini disampaikan guru PLH saya ketika sedang mengajar tentang pengelolaan SDA dan ekoefisiensi.

Akhir-akhir ini, alam menunjukkan murkanya karena ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Bulan Maret lalu, banjir setinggi 2 meter merendam ratusan rumah penduduk di Bandung Selatan dan menelan kerugian puluhan miliar rupiah. Hal ini seakan menjadi respon alam akibat kebiasaan kita yang tidak baik. Membuang sampah sembarangan, menebang pohon untuk kepentingan pribadi, menutup daerah resapan air, dan masih banyak kebiasaan buruk lainnya yang menghambat siklus air di muka Bumi.

Tak heran ketika musim penghujan datang, air menggenangi rumah-rumah penduduk karena tersumbatnya saluran pembuangan air. Sebaliknya, ketika musim kemarau datang, pasokan air di wilayah tertentu menjadi sangat minim karena kurangnya daerah resapan air. Apalagi dengan adanya fenomena pemanasan global (global warming), musim penghujan dan musim kemarau di Indonesia tidak dapat lagi diprediksi. Warga yang tinggal di dataran rendah tentu was-was dengan perubahan cuaca yang tidak menentu.

Kasus lainnya adalah alih fungsi hutan dan maraknya penebangan liar (illegal logging) yang tidak ditindak tegas. Jutaan hektare hutan alam di seluruh Indonesia saat ini mengalami degradasi parah. Hal ini sempat mengundang kritikan aktivis lingkungan dunia karena Indonesia lalai dalam menjaga kelestarian hutan. Terlebih hutan Indonesia adalah salah satu paru-paru dunia yang menyumbang gas oksigen (O2) terbesar bagi masyarakat dunia.

Belum lagi adanya pembalakan dan usaha penambangan liar di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa yang merusak daerah aliran sungai (DAS). Di Kabupaten Musi Rawas, misalnya. Akibat adanya penambangan batu bara yang tidak berwawasan lingkungan, akhirnya menghasilkan lubang menganga di tanah seluas 1000 ha. Di Bangka Belitung, penambangan timah menghasilkan 887 lubang tambang yang dibiarkan begitu saja. Daerah bekas penambangan ini sudah tidak dapat lagi dimanfaatkan untuk apapun. Hal ini diperparah dengan adanya industri tambang yang membuang langsung limbahnya ke laut tanpa proses pengolahan. Akibatnya, ekosistem yang ada di laut terancam punah karena limbah beracun.

Kerusakan lainnya juga dapat dilihat dari terumbu karang yang ada di Indonesia. Dari 18% terumbu karang dunia yang dimiliki dunia di Indonesia, hanya 6% yang tergolong bagus. Selebihnya, 30% sudah dalam keadaan kritis. Kerusakan ini diakibatkan faktor iklim, pencemaran, penambangan, sedimentasi, penyelaman, dan beberapa aktivitas perikanan. Aktivitas manusia yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan menjadi penyumbang kerusakan terumbu karang terbesar di Indonesia.

Di pihak lain, banyak pihak berlomba-lomba mengadakan aksi penyelamatan lingkungan.
Berbagai simpatisan dari komunitas lingkungan hidup mengadakan berbagai acara, seperti tanam 1000 pohon, bersepeda santai, hingga memberikan penyuluhan tentang pentingnya lingkungan hidup. Jujur saya tertarik dengan adanya Earth Hour yang dilaksanakan pada 27 Maret 2010 di 88 negara secara serempak. Mereka berkomitmen untuk mematikan lampu selama 1 jam untuk menghemat energi dan pasokan listrik dunia.

Di Indonesia sendiri, aksi ini melibatkan ratusan ribu simpatisan yang mengkampanyekan Earth Hour. Hasilnya, negara berhasil menghemat energi listrik senilai ratusan juta rupiah. Saya juga salut dengan penetapan Car Free Day secara rutin sejak 9 Mei 2010 di kawasan Dago. Selain mengurangi emisi gas buang kendaraan bermotor, juga memberi kesempatan bagi pejalan kaki untuk menghirup udara segar selama 3 jam mulai 06.00–09.00 WIB.

Berbagai tips untuk menyelamatkan Bumi pun diberikan, seperti pengolahan sampah organik dan anorganik, pemakaian kertas bolak balik, hingga aksi 3R (reuse, reduce, recycle). Saya sangat mengapresiasi pihak-pihak yang kreatif dalam memberikan solusi alternatif yang mudah dilakukan untuk menyelamatkan lingkungan hidup. Mereka dapat menjadi inspirator bagi orang lain untuk memulai gaya hidup hijau.

Sayangnya semua upaya ini tidak berarti apapun jika tidak didukung dari semua elemen yang hidup di permukaan Bumi. Menyelamatkan Bumi bukanlah aksi sepihak dari satu kalangan tertentu, sementara di sisi lain masih ada pihak yang merusak lingkungan. Menyelamatkan Bumi adalah tanggung jawab kita bersama tak terkecuali siapapun. Lingkungan akan memberi respon yang sama, baik pada si penyelamat maupun pada si perusak lingkungan. Maka sudah sepatutnya kita bersatu padu untuk memulai aksi menyelamatkan Bumi sejak dini.

Perlunya kerja sama yang baik antar elemen kehidupan di Bumi sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Tanamkan dalam diri kita masing-masing bahwa Bumi adalah tempat tinggal kita. Sebagai tuan rumah yang baik, kita harus menjaga dan memberi perlakuan yang baik pada Bumi. Saya yakin ketika semua orang ambil bagian dalam aksi penyelamatan lingkungan ini, Bumi akan merespon baik terhadap upaya kita. Berbagai bencana dan wabah penyakit dapat diminimalisir sebagai rasa terima kasih Bumi pada kita.

Lingkungan akan berlaku adil, tergantung dari perlakuan kita padanya. Maka, sudahkah Anda berbuat baik untuk lingkungan di sekitar Anda?

Wednesday, May 19, 2010

Menjadi Bangsa yang Berkarakter

Lomba Opini Indonesia Berprestasi
Tema : “Pendidikan Indonesia : Mau Dibawa Ke Mana?”

Menjadi Bangsa yang Berkarakter
Oleh. Daniel Hermawan

Pendidikan ibarat sebuah kunci untuk membuka pintu dunia. Pendidikan memegang peranan penting bagi kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengutamakan pendidikan bagi warganya. Berbagai inovasi, pemikiran, penemuan, dan ide-ide cemerlang lahir dari proses pendidikan. Pendidikan membuat suatu bangsa berpikir kreatif, kritis, dan ingin tahu. Bangsa yang tidak mengenal pendidikan lambat laun akan tergerus oleh arus zaman.

Saat ini pendidikan menjadi isu hangat yang dibicarakan di Indonesia. Berbagai media massa dan elektronik menyajikan berita seputar wajah pendidikan Indonesia saat ini, mulai dari kasus plagiarisme hingga anak putus sekolah. Kasus yang terjadi di lembaga pendidikan ini telah mencoreng citra pendidikan Indonesia di mata internasional. Dunia internasional mulai meragukan kualitas dan kompetensi lulusan Indonesia akibat kasus pelanggaran akademis yang terjadi.

Kasus plagiarisme yang dilakukan Prof. Dr. Anak Agung Banyu Perwita selaku staf pengajar mata kuliah Hubungan Internasional di salah satu universitas swasta yang cukup terkemuka di Indonesia telah menodai citra pengajar Indonesia. Pengajar yang seyogianya memberi teladan bagi peserta didik, justru melakukan pelanggaran akademis yang fatal. Akibat perbuatan ini, Prof. Dr. Anak Agung terancam dipecat dan gelar doktor yang sandangnya saat ini juga terancam dicopot.

Di kalangan pelajar, MZ selaku mahasiswa program doktor di salah satu universitas negeri ternama di Indonesia juga terlibat dalam kasus serupa. MZ menjiplak laporan penelitian ilmuwan Belgia yang diikutsertakan dalam lomba penelitian internasional di China tanpa melampirkan sumber kutipan dan referensi. Akibatnya, gelar doktor MZ dicabut dan nama baik universitas MZ menjadi tercoreng.

Di sisi lain, kemiskinan juga masih menjadi masalah utama kemajuan pendidikan di Indonesia. Sebanyak 8.800 anak putus sekolah terpaksa mengamen dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Padahal mereka masih berusia sangat belia dan berada dalam usia anak sekolah. Mereka harus merelakan masa depan mereka demi memenuhi kebutuhan hidup mereka masing-masing.

Pemerintah sebenarnya sudah melakukan program BOS dan Sekolah Gratis di Indonesia. Sayangnya kedua program ini belum memberikan pencerahan bagi dunia pendidikan Indonesia. Banyak pihak yang seharusnya menjadi sasaran utama program ini justru tidak mendapatkan haknya. Sekolah Gratis juga tidak benar-benar “gratis” dengan berbagai biaya operasional sekolah yang ada, seperti buku pelajaran, seragam, fotokopi, dan lain sebagainya. Akhirnya keberadaan kedua program ini tidak sesuai dengan yang kita harapkan.

Jujur saya prihatin melihat kasus Bank Century yang tak kunjung usai. Para wakil rakyat yang duduk di kursi DPR seakan sibuk dengan berbagai permainan politik yang menguntungkan partainya. Sikap dan tindakan para wakil DPR juga tidak mencerminkan orang yang terdidik dengan aksi dorong-dorongan dan maki-memaki di ruang DPR. Sungguh memprihatinkan memang. Pada akhirnya, pendidikan bangsa yang menjadi kunci keberhasilan suatu bangsa menjadi prioritas yang terabaikan.

Saya rasa pendidikan Indonesia saat ini sudah mengalami degradasi moral. Era kemajuan teknologi dan informasi yang berkembang di Indonesia membuat norma-norma susila yang ada mulai diabaikan. Banyak orang kini menjadikan kebenaran sebagai sesuatu yang relatif, tergantung sudut pandang orang tersebut. Sesuatu yang awalnya dianggap tabu, kini dianggap sebagai sebuah kewajaran. Tak heran jika perilaku-perilaku menyimpang, seperti korupsi, plagiarisme, mencuri, dan berbagai kasus lainnya kini dapat diartikan sebagai kebenaran bagi sekelompok orang.

Melihat fenomena ini, pemerintah mengusung tema Hari Pendidikan Nasional 2010 : “Pendidikan Karakter untuk Membangun Keberadaban Bangsa”. Degradasi moral yang terjadi di dunia pendidikan saat ini dapat diatasi jika kita membenahi karakter dan pola pikir kita selama ini. Kepandaian memang kunci keberhasilan suatu bangsa. Namun, kepandaian tanpa karakter lambat laun akan menghancurkan keberhasilan yang dicapai. Karakter akan membatasi dan memberikan garis yang jelas antara sesuatu yang baik dan buruk untuk dilakukan.

Pendidikan karakter sendiri dapat diberikan di lembaga pendidikan sedari dini. Pelajar harus diajarkan dan dibina untuk menjadi pribadi yang berkarakter. Karakter manusia sendiri mencakup nilai-nilai luhur, integritas, kekuatan mental, tenggang rasa, semangat kerja sama, dan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat. Karakter akan membuat seseorang menjadi cerdas, baik secara intelektual maupun moral.

Menumbuhkan bangsa yang berkarakter memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pengajar dan pemerintah harus bekerja sama dalam mengikis nilai-nilai kebebasan dan individualisme yang melekat dalam diri pelajar. Terlepas dari itu, keluarga juga turut membentuk karakter seseorang sedari dini. Keluarga harus menjadi lembaga pertama dan utama dalam memberikan pemahaman yang benar seputar karakter. Karakter dapat ditumbuhkan dari sikap keteladanan seseorang yang menjadi cerminan bagi orang lain.

Karakter ibarat sebuah pijakan yang menghantarkan kemajuan suatu bangsa. Tugas kita sekarang sebagai pelajar, pengajar, pemerintah, dan keluarga adalah menggali kembali nilai-nilai kebenaran yang tergerus oleh arus zaman. Karakter akan menempatkan manusia pada posisi yang tepat dan potensi yang maksimal. Maka mari kita wujudkan bangsa yang berkarakter dengan membenahi pola pikir dan mentalitas kita selama ini.

~ oOo ~

Friday, May 7, 2010

Saatnya Menjadi Agen Perubahan




Saatnya Menjadi Agen Perubahan

“Apa yang sudah Anda lakukan bagi lingkungan di sekitar Anda?” Begitulah pertanyaan yang selalu dilontarkan para pakar lingkungan kepada masyarakat Indonesia. Mayoritas orang menjawab kelestarian lingkungan kan tanggung jawab pemerintah bukan tanggung jawab saya, jadi saya tidak perlu ambil bagian dalam hal ini. Persepsi kita terhadap kelestarian lingkungan hidup yang keliru membuat kita menjadi acuh tak acuh terhadap lingkungan hidup di sekitar kita.

Tak usah jauh-jauh, baru-baru sebuah perusahaan agen iklan dituntut pemerintah karena telah melakukan penebangan pohon. Belum lagi banyak pemasang iklan yang tidak tahu menahu soal kelestarian pohon, seperti memaku papan iklan di pohon-pohon yang ada di jalan. Padahal hal itu dapat mematikan sirkulasi zat makanan dalam pohon. Pada akhirnya, pohon itu lama kelamaan akan mati karena karat paku yang dihasilkan. Sungguh memprihatinkan, bukan?

Lain halnya dengan pengguna jalan raya. Banyak kendaraan yang sudah rusak dan tidak layak pakai menghiasi jalanan. Padahal emisi gas buang kendaraan tersebut sangat besar dan energi yang dibutuhkan juga sangat banyak. Akibatnya bukan hanya menyumbang gas karbon dioksida sebagai pemicu pemanasan global dan gas efek rumah kaca, tetapi juga menghabiskan SDA yang tidak dapat diperbaharui dengan cepat. Dalam hal ini, ketersediaan minyak bumi akan semakin menipis.

Mungkin kita juga tidak menyadari jika kita sering menggunakan parfum, kulkas, dan alat elektronik yang mengandung CFC (Clorofluorocarbon). Padahal gas CFC merupakan salah satu gas perusak lapisan ozon yang ada di atmosfer. Tak heran jika kemajuan teknologi yang ada juga diikuti semakin rusaknya lingkungan hidup. Memang tidak dapat dipungkiri banyak pihak yang berusaha mendayagunakan teknologi untuk menyelamatkan lingkungan, namun banyak pula orang yang tak peduli dengan lingkungan di sekitarnya.

Lewat tindakan-tindakan kecil yang merusak lingkungan itulah muncul berbagai bencana alam akhir-akhir ini. Musim hujan dan kemarau yang panjang membuat wilayah Bandung Selatan terendam banjir setinggi 3 meter, banyaknya gagal panen akibat cuaca yang tidak menentu, pulau-pulau yang rendah mulai tenggelam karena naiknya debit permukaan air laut, spesies makhluk hidup tertentu mendekati kepunahan karena kehilangan habitat, suhu permukaan Bumi terus meningkat, dan masih banyak lainnya. Akibatnya tentu berdampak pada mahkluk hidup yang ada di Bumi, khususnya manusia. Berbagai penyakit mutasi berbahaya bermunculan seiring dengan adanya fenomena alam ini.

Menyadari hal ini tentu sangat tidak lazim jika kita menyalahkan pemerintah untuk kerusakan alam dan lingkungan hidup yang ada di negeri kita. Sudah bukan saatnya lagi kita menunjuk siapa dalang di balik kerusakan alam yang terjadi di Indonesia. Sudah saatnya kita menyadari bahwa lingkungan hidup juga menjadi tanggung jawab setiap manusia di dunia. Guru saya pernah berkata, “Lingkungan itu buta.” Lingkungan tidak pernah melihat kebaikan atau keburukan apa yang kita lakukan, tetapi lingkungan akan memberikan respon pada semua orang. Jika kita merusak lingkungan, tentu bukan hanya kita yang terkena dampaknya, tetapi juga orang-orang yang ada di sekitar kita.

Lalu apa saja yang dapat kita lakukan untuk menjaga lingkungan? Apakah hanya para pakar lingkungan saja yang dapat beraksi untuk menyelamatkan Bumi? Tentu tidak, bukan? Setiap orang pada dasarnya dapat berbuat sesuatu untuk lingkungan. Sebagai contoh, saya sendiri melakukan proyek penyelamatan Bumi dengan hal yang sangat simple. Menggunakan kertas pada kedua sisinya, tidak menggunakan tissue berlebihan, dan tidak membuang sampah sembarangan sudah saya biasakan sejak dini. Tidak dapat dipungkiri jika awalnya saya ogah melakukan hal ini karena tidak praktis. Namun melihat kondisi lingkungan kita saat ini, sudah sepatutnya hati kita tergerak untuk menyelamatkan Bumi. Menyelamatkan Bumi juga berarti menyelamatkan kehidupan yang ada di dalamnya, termasuk eksistensi manusia. Tentu kita tidak ingin anak cucu kita melihat Bumi yang porak poranda karena ulah kita sendiri, bukan?

Saya salut dengan anak muda yang mau mempromosikan Earth Hour yang dirancang WWF di Indonesia. Mereka mau mengkampanyekan program mematikan listrik selama 1 jam ini kepada masyarakat umum tanpa dibayar. Sungguh semangat yang luar biasa. Saya juga angkat topi untuk aksi Pemkot Bandung yang menyelenggarakan program Car Free Day setiap hari Minggu untuk mengurangi emisi gas buang dan menghijaukan kembali Kota Bandung. Lalu apa aksi kita?

Sudah saatnya kita menjadi agen perubahan di Indonesia. Mulailah melestarikan lingkungan dari hal-hal yang kecil, seperti menanam pohon di rumah, menggunakan kendaraan ramah lingkungan, tidak memakai produk yang mengandung CFC, dan berbagai hal lainnya. Walaupun aksi kita tidak tampak di dunia, namun kita patut bangga pada diri kita sendiri. Kita sudah menjadi agen penyelamat Bumi tanpa tanda jasa. Biarkan Bumi yang membalas perbuatan kecil kita tanpa dilihat siapapun. Earth needs your hand to save it. Siapkah kita menjadi agen perubahan di Indonesia?

Sunday, May 2, 2010

Kampus Idaman : Rumah Kedua Bagi Mahasiswa

Lomba Blog UII (UII Blog Competition)
Tema : "Mendefinisikan Perguruan Tinggi Idaman"

Kampus Idaman : Rumah Kedua Bagi Mahasiswa
Oleh. Daniel Hermawan

Kampus idaman. Mungkin itulah yang pertama kali ada di benak pelajar SMA kelas XII dalam meneruskan pendidikannya. Banyak pelajar SMA berusaha mencari informasi sebanyak mungkin tentang kampus idaman mereka. Apa saja fasilitas, kurikulum, prestasi, beasiswa dan berbagai hal lainnya seputar kampus tersebut. Kampus yang berpredikat baik dan berskala internasional seringkali menjadi pilihan utama bagi calon mahasiswa baru. Orang tua pun berperan penting dalam menentukkan pilihan anaknya. Mereka berharap kampus yang dipilih kelak dapat mewujudkan cita-cita dan harapan anak tercinta.

Sekolah saya pun mengadakan Education Expo setiap tahun untuk memfasilitasi kebutuhan orang tua dan pelajar akan kampus idaman. Berbagai lembaga pendidikan pun bergabung dalam pameran pendidikan ini, baik dari dalam maupun luar negeri. Saya melihat begitu banyak universitas yang memiliki kriteria “kampus idaman”. Namun, pada akhirnya hanya satu universitas saja yang akan menjadi pilihan saya untuk melanjutkan jenjang pendidikan.

Bagi saya pribadi, banyak faktor yang menjadikan sebuah universitas menjadi kampus idaman. Hal ini dapat dilihat dari segi ekologis, kurikulum, pengajar, kegiatan, fasilitas, dan pergaulan yang ada dalam universitas tersebut.

Kampus Idaman : Ekologis

Ekologi atau lingkungan merupakan pertimbangan utama saya dalam memilih universitas. Kampus yang baik tentunya memperhatikan kebutuhan mahasiswa akan lingkungan hijau. Apalagi jika jumlah mahasiswa yang ada di universitas tersebut mencapai ribuan orang. Hal ini dapat diwujudkan dengan banyaknya tanaman dan ruang terbuka hijau.

Semakin banyak lingkungan hijau yang tersedia, semakin baik pula kondisi ekologi yang dimiliki kampus tersebut. Banyaknya lingkungan hijau akan menunjang semangat mahasiswa dalam proses belajar mengajar. Kejenuhan mahasiswa dalam proses pembelajaran di kampus akan terobati dengan pemandangan alam yang hijau.

Lingkungan hijau juga akan memenuhi kebutuhan oksigen para penghuni kampus. Dari pelajaran PLH di sekolah, saya melihat pohon memiliki kontribusi yang besar dalam menghasilkan oksigen. Sebuah pohon dapat memenuhi kebutuhan oksigen untuk 2 orang. Maka, jumlah pohon yang ada di kampus idealnya sesuai dengan jumlah mahasiswa.

Saya melihat kepedulian mahasiswa akan lingkungan juga semakin meningkat di kampus yang memiliki banyak ruang terbuka hijau. Mereka senantiasa menjaga dan merawat tanaman tanpa adanya paksaan. Tentunya kita menyadari lingkungan hijau memberikan kesejukan dan kenyamanan bagi mahasiswa di kampus. Hal ini juga mendidik para mahasiswa untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup.

Berbeda dengan mahasiswa yang menempuh pendidikan di kampus yang miskin lingkungan hijau. Saya mengamati mereka cenderung acuh tak acuh terhadap lingkungan di sekitar mereka. Mereka seringkali membuang sampah sembarangan, mencoret-coret tembok, dan melakukan berbagai kegiatan yang merusak keindahan lingkungan. Mereka seolah tak peduli dengan lingkungan yang ada di sekeliling mereka. Dalam hal ini, kampus menjadi indikator yang menunjukkan seberapa besar tanggung jawab dan kepedulian mahasiswa terhadap lingkungan hidup.

Kampus yang memiliki banyak lingkungan hijau juga akan membuat mahasiswa nyaman berada di dalamnya. Mereka bisa menjadikan kampus sebagai rumah kedua mereka, sekaligus tempat berkumpul dengan teman-teman. Kampus akan menjadi tempat favorit mahasiswa untuk belajar, bergaul, dan bermain.

Kampus Idaman : Kurikulum
Kurikulum yang baik juga akan menunjang mahasiswa dalam mengembangkan minat dan bakat yang dimilikinya. Kampus idaman saya tentunya memiliki kurikulum yang tidak membebani mahasiswa dan dosen yang ada di dalamnya. Saya melihat beberapa kampus memiliki jadwal yang berubah-ubah dan membingungkan mahasiswa.

Kakak saya saat ini kuliah di sebuah universitas negeri di Bandung. Seringkali kakak saya mengeluhkan jadwal belajar kampus yang berubah-ubah. Sebagai contoh, pelajaran A dimulai jam 09.00 WIB kemudian pelajaran B menyusul jam 15.00 WIB. Kakak saya terpaksa menunggu lama atau pulang ke rumah untuk melanjutkan pelajaran B. Menurut saya, hal ini sangat merugikan mahasiswa dan dosen. Mereka terkungkung oleh jadwal belajar yang panjang. Akibatnya, potensi yang ada dalam diri mahasiswa tetap terpendam dan tidak dapat dikembangkan.

Kampus yang baik tentunya dapat menyusun kurikulum dengan baik. Semakin besar kampus dan semakin variatif jurusan yang ada tentu akan menyulitkan bagian kurikulum dalam menyusun jadwal. Saya berharap kampus dapat menyusun jadwal secara teratur, sehingga mahasiswa dapat menggunakan waktunya untuk kegiatan yang bermanfaat.

Saat ini, jurusan yang ada di setiap universitas semakin banyak dan variatif. Kampus tentunya harus menyediakan jurusan yang berprospek baik bagi masa depan mahasiswanya. Jangan sampai demi menampung mahasiswa sebanyak mungkin, akhirnya jurusan-jurusan yang ada tidak bermutu dan menunjang mahasiswa dalam mencari lapangan pekerjaan. Kampus harus selektif dalam menentukkan jurusan yang ada dan menjadi ciri khas dari kampus tersebut.

Kurikulum yang baik juga dapat dilihat dari mata kuliah yang ada di kampus. Semakin banyak mata kuliah yang menunjang jurusan pilihan mahasiswa, semakin berbobot kurikulum yang diterapkan kampus tersebut. Sebagai contoh, saya memilih jurusan Kedokteran. Tentu ilmu yang harus diperdalam berhubungan dengan jurusan tersebut, seperti Biologi, Kimia, dan berbagai pelajaran lainnya. Pelajaran lain, seperti Bahasa, Olahraga, dan Ilmu Sosial tentunya hanya mendapat porsi yang kecil. Pendidikan yang menjadi ciri khas jurusan harus mendapat porsi yang besar dalam proses pembelajaran.

Sistematika penilaian juga termasuk dalam standar kurikulum yang baik. Mahasiswa harus mendapat perincian dari perolehan hasil tes dan tugas yang diadakan dosen. Dalam hal ini, kampus harus transparan dalam memberikan penilaian terhadap mahasiswanya. Tentu kita tidak mengharapkan adanya praktik kecurangan yang terjadi antara dosen dan mahasiswa. Jika perlu, kampus menyediakan buku penilaian seperti buku rapor untuk dilihat dan ditandatangani oleh orang tua mahasiswa.

Kampus yang baik juga mampu menyeimbangkan IQ mahasiswa dengan EQ dan SQnya. Tentunya pintar saja tidak cukup bagi mahasiswa untuk meraih kesuksesan. Lewat kurikulum yang ada, kampus harus mengadakan kegiatan rutin yang dapat melatih EQ dan SQ mahasiswa. Misalnya, home stay, outbound, doa bersama, dan berbagai kegiatan lainnya. Diharapkan mahasiswa dapat berinteraksi dengan masyarakat dan memiliki iman dan taqwa yang baik lewat kegiatan ini.

Kampus Idaman : Pengajar
Dosen sebagai pengajar di kampus juga menjadi bahan pertimbangan saya dalam mencari kampus idaman. Dosen yang baik tentunya dapat menjadi teman dan guru di saat yang tepat. Ketika mahasiswa tidak mengerti dan bingung dengan materi kuliah yang diajarkan, dosen mau menjelaskan kembali dengan jelas sampai mahasiswa menguasai dan mengerti materi dengan baik. Dosen juga mau menjawab setiap pertanyaan yang diajukan mahasiswa dengan jelas. Dosen dengan ciri demikian yang sangat saya dambakan di kampus.

Ketika berada di luar lingkungan kampus, dosen dapat menjadi teman mahasiswa. Dosen dapat menjawab setiap permasalahan dan kesulitan yang dialami mahasiswanya ketika kuliah. Apa saja faktor yang membuat mahasiswa sulit menyerap pelajaran? Dosen yang baik tentu memiliki kerendahan hati untuk menerima saran dan kritik dari mahasiswanya. Hal ini dilakukan sebagai pembenahan dan perbaikan terhadap cara mengajar dosen selama ini.

Dosen juga harus memiliki semangat mengajar yang baik. Beliau harus menjelaskan materi pelajaran dengan berapi-api. Di sekolah, saya juga lebih suka mendengarkan guru yang menjelaskan materi pelajaran dengan penuh semangat. Guru akan menunjukkan kualitas dan panggilannya dalam mengajar ketika beliau mengajar dengan penuh penjiwaan. Tentu dosen yang mengajar asal-asalan dan menjelaskan materi dengan malas-malasan akan membuat mahasiswa merasa bosan dan mengantuk di kampus.

Dosen yang baik juga dapat menjadi penasihat yang baik. Saya heran dengan universitas yang ada saat ini. Saudara saya kuliah di sebuah universitas swasta dengan rambut dicat. Namun tidak ada larangan apapun di kampus, seakan semua hal bebas dilakukan oleh mahasiswa. Tentu hal tersebut sangat disayangkan. Saya bertanya-tanya apakah kampus adalah tempat untuk mewujudkan kebebasan yang selama ini dilarang di sekolah. Dalam hal ini dosen harus menjadi fasilitator yang baik untuk mengajarkan mahasiswa, apa yang baik dan tidak baik untuk dilakukan.

Dosen dapat menegur mahasiswa secara personal. Dosen dapat memberitahu mengapa hal tersebut baik dan tidak baik untuk diri mahasiswa. Dengan begitu, mahasiswa akan semakin dewasa dan belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Menurut saya, kampus yang dosennya acuh tak acuh cenderung menghasilkan lulusan yang tidak kompeten di bidangnya.

Dosen juga harus menempatkan diri dengan baik di kampus. Beliau harus bertindak tegas dan berwibawa ketika mengajar sebagai dosen di kelas. Ketika di luar kampus, dosen harus menjadi teman yang baik bagi mahasiswa. Jangan sampai posisi ini tertukar. Dosen harus objektif dalam memberikan penilaian bagi mahasiswanya. Dosen yang baik tentunya mengetahui potensi yang ada dalam diri mahasiswa dan bisa menggalinya dari dalam diri mahasiswa.

Akhir-akhir ini, saya mendengar penuturan kakak kelas saya. “Di kampus, yang banyakkan masuk kelas asisten dosennya. Dosennya sendiri sering tidak masuk kelas.” Lewat penuturan ini, saya cukup prihatin dengan fungsi dosen di kelas. Dosen seakan “jual mahal” dengan tidak hadir di kelas. Saya berharap dosen dapat menjadi pengajar yang baik di kampus idaman.

Kampus Idaman : Kegiatan
Kampus idaman tentunya memiliki banyak kegiatan yang menarik dan dapat menggali potensi mahasiswanya. Saya senang dengan Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan lomba blog UII ini. Hal ini akan melatih mahasiswa dalam mengoordinasi suatu kegiatan. Dalam hal ini, kampus pun diuntungkan karena kegiatan yang diadakan dapat menunjukkan eksistensi kampus tersebut.

Sekolah saya mengadakan Malam Pagelaran Seni setiap 3 tahun sekali. Lewat kegiatan ini, banyak potensi siswa tersalurkan, baik dalam bidang musik, drama, fotografi, tarian, dan berbagai bidang lainnya. Kampus juga dapat mengadakan kegiatan pentas seni yang menampilkan potensi mahasiswa dalam berbagai bidang. Mahasiswa diajak untuk berlatih mempersiapkan sebuah acara, mengoordinasi teman, mencari dana, hingga mengatur peralatan dan kelengkapan acara. Tentunya kegiatan ini akan menunjukkan mutu dan kualitas lulusan dari kampus tersebut.

Saya tertarik dengan kampus yang mengadakan kegiatan outbound dan home stay ke desa-desa. Menurut saya, kedua kegiatan ini sangat baik untuk diadakan bagi mahasiswa. Mahasiswa diajak untuk melatih kerja sama dan kekompakkan dalam sebuah tim. Kegiatan outbound sebaiknya tidak mengikat bagi para pengurus kampus saja, tetapi dapat diikuti oleh semua mahasiswa yang berminat.

Kegiatan home stay tentunya memiliki makna mendalam bagi mahasiswa. Mahasiswa diajak untuk melihat keadaan masyarakat kalangan menengah ke bawah. Bagaimana cara mereka hidup dan bekerja. Mahasiswa juga ditantang untuk melakukan tugas yang dikerjakan orang-orang kecil berjasa besar, seperti petani, peternak, dan berbagai profesi lainnya. Lewat kegiatan ini, mahasiswa akan berkaca pada dirinya sendiri. Apakah mereka sudah mensyukuri keadaan mereka saat ini.

Kampus yang baik juga mengadakan kebaktian dan doa bersama setiap minggunya. Mahasiswa yang memeluk agama bebas beribadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Dalam hal ini, pembentukkan forum himpunan mahasiswa agama tertentu sangat dianjurkan. Mereka akan melatih SQ secara intensif tanpa canggung lewat ibadah yang diadakan.

Pameran pendidikan dan open house merupakan kegiatan favorit saya di sekolah. Saya berharap setiap jurusan di kampus idaman dapat mengadakan kegiatan ini. Lewat kedua kegiatan ini, mahasiswa dapat mengeksplorasi keunggulan kampusnya dan menunjukkan potensi dan prestasi yang sudah diraih kampus tersebut. Mahasiswa juga dapat melatih kemampuan bersosialisasi dengan mahasiswa kampus lain yang datang dalam pameran. Diharapkan kegiatan ini menjadi ajang pengenalan yang lebih dalam bagi mahasiswa akan kampusnya.

Kampus Idaman : Fasilitas
Fasilitas yang tersedia juga menunjukkan seberapa besar keseriusan kampus dalam membina mahasiswanya. Hal ini dapat dilihat dari fasilitas olahraga, laboratorium, komputer, dan kelas yang nyaman dan memadai. Sekolah saya memiliki fasilitas olahraga, laboratorium, komputer, dan kelas yang berstandar internasional. Sayangnya, fasilitas ini tidak ditunjang oleh adanya lingkungan hijau. Sekolah saya dapat diibaratkan sebagai “gedung perkantoran”.

Saya berharap kampus idaman dapat memperbaiki dan mempelajari kekurangan dan kelebihan yang dimiliki sekolah saya. Kampus yang baik tentunya dapat menyeimbangkan kebutuhan mahasiswa akan fasilitas yang baik. Pihak kampus dapat melakukan studi banding ke luar negeri untuk melihat apa saja fasilitas yang dimiliki kampus di luar negeri. Dengan begitu, pihak kampus dapat mengaplikasikan fasilitas yang ada di luar negeri ke dalam kampus. Kampus juga dapat menjadi berstandar internasional berkat adanya pembenahan fasilitas.

Fasilitas yang disediakan kampus tidak harus memiliki teknologi tercanggih, namun dapat menunjang proses pembelajaran di kampus. Sebagai contoh, penggunaan LCD dan laptop di kelas, adanya lapangan olahraga indoor dan outdoor yang memadai, dan berbagai fasilitas lainnya. Lapangan olahraga indoor dan outdoor bertujuan untuk menyesuaikan kondisi cuaca dengan jadwal pelajaran olahraga. Penggunaan lapangan indoor dilakukan ketika musim penghujan, sedangkan lapangan outdoor digunakan ketika musim kemarau. Dengan adanya fasilitas ini, mahasiswa tetap dapat mengikuti pelajaran olahraga dengan baik tanpa gangguan cuaca.

Fasilitas lain yang tak kalah pentingnya adalah ATM. Dengan adanya fasilitas ini, mahasiswa dapat melakukan pembayaran Sistem Kredit Semester (SKS) dengan mudah. ATM juga dapat digunakan untuk melakukan penarikan uang tunai dan transfer, jika sewaktu-waktu dibutuhkan mahasiswa. Adanya ATM di kampus juga turut mencegah banyaknya kasus pencurian dan kriminalitas yang terjadi terhadap mahasiswa.

Toilet merupakan fasilitas yang seringkali diabaikan pengelola kampus. Saya pribadi tidak suka dengan kampus yang toiletnya berbau dan tidak terawat. Kampus yang baik tentunya dapat memperhatikan kebutuhan mahasiswa akan fasilitas ini. Pengelola kampus dapat merenovasi dan membersihkan toilet secara rutin. Jika perlu, petugas kebersihan memberikan pengharum ruangan di toilet, sehingga mahasiswa tidak terganggu dengan bau-bauan yang ada di toilet.

Kampus Idaman : Pergaulan
Pergaulan mahasiswa di kampus tentunya menjadi indikator seberapa besar kualitas lulusan dari kampus tersebut. Saya prihatin melihat banyak mahasiswa di universitas negeri dan swasta merokok di depan kampus. Perilaku ini menunjukkan kampus seolah tidak peduli dan membebaskan mahasiswa untuk bertindak semaunya. Menurut saya, kampus demikian tidak memiliki mutu lulusan yang baik. Bahkan lulusan yang dihasilkan cenderung bertindak “semau gue”.

Kampus idaman saya memiliki lingkungan pergaulan yang sehat dan kondusif untuk berkembang. Mahasiswa dapat mematuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku di kampus. Mahasiswa juga memiliki kesadaran tinggi untuk merangkul teman-temannya yang kurang mampu, baik secara ekonomi maupun akademis dan berusaha untuk membantunya dengan sepenuh hati. Pembentukkan kelompok belajar juga semakin menguatkan solidaritas dan tali persaudaraan di antara mahasiswa.

Saat ini, banyak mahasiswa yang tidak peduli terhadap teman sekampusnya dan berteman seperlunya. Tentu hal ini tidak kita harapkan karena dapat mendidik mahasiswa menjadi pribadi yang egois dan individualistis. Dalam hal ini, kampus memang tidak bisa menetapkan standar bagi mahasiswa untuk bergaul. Namun, kampus bisa melakukan berbagai kegiatan yang memicu keterlibatan seluruh mahasiswa. Misalnya, acara kerja bakti bersama. Kegiatan ini akan meningkatkan kekompakkan mahasiswa di kampus.

Lingkungan pergaulan mahasiswa tentunya harus dibina dari pengurus mahasiswa harian. Di sekolah saya, OSIS berperan penting dalam merencanakan sebuah kegiatan. Mahasiswa yang menjabat dalam organisasi kampus harus mampu mengerahkan anak buahnya dalam menciptakan lingkungan pergaulan yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan pembentukkan acara doa bersama yang wajib diikuti setiap mahasiswa berdasarkan keyakinannya masing-masing. Kegiatan lainnya, seperti pembentukkan forum mahasiswa pecinta alam, forum mahasiswa PMI, dan berbagai kegiatan lainnya juga dapat dilakukan untuk menumbuhkan kekompakkan dan solidaritas antar mahasiswa. Dengan begitu, lingkungan pergaulan yang ada di kampus menjadi kondusif untuk berkembang.

Kampus juga harus mengadakan acara pembinaan khusus bagi mahasiswa yang melanggar peraturan kampus, seperti merusak lingkungan kampus, membuang sampah sembarangan, tidak berlaku sopan pada dosen, dan berbagai pelanggaran lainnya. Pembinaan ini dapat dilakukan melalui kegiatan lintas alam atau berkemah untuk membina jiwa kepemimpinan mahasiswa. Dosen juga dapat menjelaskan tindakan apa saja yang tidak boleh dan boleh dilakukan di kampus. Dengan begitu, mahasiswa dapat berlaku dewasa setelah melalui proses pembinaan ini.

Kampus yang baik tentunya mampu bertindak tegas di saat yang tepat. Mahasiswa yang kedapatan memakai narkoba, dugem, melakukan hubungan seks, mencuri, dan melakukan berbagai tindakan kriminal harus diberikan sanksi yang keras oleh pihak kampus. Dalam hal ini, pihak kampus harus merundingkan sanksi yang tepat untuk diberikan kepada mahasiswa yang bersangkutan dengan dosen dan dewan kampus. Jika perlu, kampus harus mengeluarkan mahasiswa yang bertindak kriminal dan membawanya ke kantor polisi untuk diberikan sanksi sesuai hukum yang berlaku.

Kampus idaman tentunya mampu membuat mahasiswa serasa berada di rumah sendiri. Mahasiswa merasa kampus adalah rumah kedua mereka dengan berbagai fasilitas dan keunggulan yang dapat dinikmati setiap mahasiswa. Kampus idaman juga dapat memenuhi dengan baik kebutuhan mahasiswa akan faktor ekologis, kurikulum, pengajar, kegiatan, fasilitas, dan pergaulan. Saya berharap kampus atau perguruan tinggi idaman ini kelak menjadi kampus nyata di Indonesia. Universitas Islam Indonesia (UII) kelak akan menjadi perguruan tinggi favorit Indonesia dan perguruan tinggi terbaik dengan berbagai keunggulan di dalamnya.

~ oOo ~