Kompetiblog Studi di Belanda
Belanda : Putaran Kincir Masa Depan
By. Daniel Hermawan
Saat mendengar kata Belanda, yang pertama kali terlintas di benak saya kincir anginnya. Lho kok? Ya, kincir ini digunakan untuk menumbuk biji-bijian, bahkan untuk menimba air. Jika dikaitkan dengan kemajuan bangsa, Belanda memiliki andil yang cukup vital dalam perkembangan masa depan.
Mengapa?
Akan saya jawab dalam SMART.
S - Sociable
Saya terkesan dengan Radio Nederland Wereldomroep yang sudah berkiprah di berbagai negara. Radio ini menjadi bukti bahwa perkembangan ilmu pengetahuan Belanda tak kalah dengan negara maju lainnya.
M - Mind
Belanda adalah negara yang selalu menuntut peserta didiknya untuk berpikir secara logis, analitis, dan kritis. Hampir setiap proses pembelajaran di Belanda 90% melibatkan interaktivitas antar peserta didik. Selebihnya guru hanya memonitoring kinerja peserta didik dan mengarahkannya ke arah yang lebih baik.
A - Ability
Belajar di Belanda tidak memerlukan otak yang super jenius. Anda hanya perlu kreatif dan mengembangkan bakat Anda di sini. Banyak lembaga yang mewadahi potensi besar Anda.
R - Relation
Hubungan antar teman juga multikultural dengan berbagai Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA). Kita dituntut untuk saling menghargai dan mengapresiasi setiap orang. Uniknya, kita bisa punya teman ari berbagai negara.
T - Time
Belanda adalah negara yang sangat menghargai waktu. Tentu kita harus efektif dan efisien dalam menggunakan waktu di Belanda agar kegiatan kita tidak terbengkelai dan menumpuk. Sistem pendidikan yang cukup padat juga perlu disiasati dengan displin waktu.
Wah melihat 5 aspek di atas, rasanya kemajuan ilmu pengetahuan di Belanda sudah tidak perlu diragukan lagi. Belanda seakan menjadi putaran kincir masa depan. Meskipun nama Belanda belum terdengar di blantika pendidikan dunia, saya yakin dengan kualifikasi dan kualitas yang diemban sistem pendidikan Belanda akan menghasilkan lulusan berprestasi dunia. Belanda akan menjadi kincir yang menggerakkan perputaran roda dunia.
Mustahil? Tentu tidak. Karena mungkin kitalah kader-kader lulusan Belanda yang siap dipakai dunia.
~ oOo ~
Friday, April 30, 2010
Saturday, April 10, 2010
Update Voting and Comment Competition
Update Voting and Comment Competition
Sehubungan dengan jumlah peserta yang tidak memenuhi kuota, yaitu 50 orang. Maka dengan menyesal, panitia harus meniadakan Voting and Comment Competition. Kami selaku panitia lomba meminta maaf yang sebesar-besarnya untuk peserta yang sudah mendaftar maupun yang ingin mengikuti kompetisi ini. Kami sangat mengapresiasi Anda jika masih dapat memberikan dukungan bagi cerpen "Berikan Aku Sebuah Arti" dan meng-add Daniel Dh (daniel.dh10@gmail.com) sebagai teman di Facebook, meskipun lomba sudah ditiadakan. Kami akan senantiasa mengadakan lomba-lomba lainnya di masa mendatang. Terima kasih untuk partisipasi dan komentar Anda bagi karya anak bangsa!
~ oOo ~
Sehubungan dengan jumlah peserta yang tidak memenuhi kuota, yaitu 50 orang. Maka dengan menyesal, panitia harus meniadakan Voting and Comment Competition. Kami selaku panitia lomba meminta maaf yang sebesar-besarnya untuk peserta yang sudah mendaftar maupun yang ingin mengikuti kompetisi ini. Kami sangat mengapresiasi Anda jika masih dapat memberikan dukungan bagi cerpen "Berikan Aku Sebuah Arti" dan meng-add Daniel Dh (daniel.dh10@gmail.com) sebagai teman di Facebook, meskipun lomba sudah ditiadakan. Kami akan senantiasa mengadakan lomba-lomba lainnya di masa mendatang. Terima kasih untuk partisipasi dan komentar Anda bagi karya anak bangsa!
~ oOo ~
Wednesday, April 7, 2010
Jadi Pahlawan Hijau
Nokia Green Ambassador
Jadi Pahlawan Hijau
Oleh. Daniel Hermawan
Tidak dapat dipungkiri jika lingkungan hidup kita saat ini sudah rusak. Dampak pemanasan global yang semakin kita rasakan akhir-akhir ini merupakan bukti nyata bahwa Bumi sudah mengalami kerusakan. Keadaan ini tentu tidak terlepas dari ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Ada yang membuang sampah sembarangan, menebang pohon tanpa reboisasi, dan berbagai tindakan lainnya yang dapat mengganggu alam. Akibatnya, alam membalas perbuatan manusia.
Lingkungan adalah tempat di mana kita tinggal, hidup, tumbuh, belajar, hingga akhirnya meninggal. Sebagai habitat hidup kita, tentu lingkungan harus terjaga dengan baik. Sebenarnya banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menjadi Duta Lingkungan. Tidak harus tampil di layar kaca ataupun membuat gerakan lingkungan hidup. Cukup dengan tangan dan kaki yang mau melangkah, kita dapat menjadi Pahlawan Hijau bagi diri kita sendiri maupun orang lain.
Apa saja yang dapat kita lakukan untuk membuat lingkungan kembali berseri? Jujur saya telah menerapkan prinsip 4R (Reuse, Refill, Recycle, Reduce) dalam kehidupan sehari-hari. “Mulailah dari hal yang kecil terlebih dahulu.” Itulah prinsip yang saya pegang hingga saat ini. Memang saya bukanlah pegiat lingkungan yang seluruh hidupnya didedikasikan untuk merawat lingkungan, namun saya bisa memberi Bumi nafas baru dari kebiasaan saya sehari-hari.
Saya punya beberapa tips untuk Kompasianer yang mau berbuat baik bagi lingkungan. Hal-hal yang saya sebutkan di bawah ini dapat kita lakukan kapan saja, di mana saja, dan siapa saja asalkan kita peka terhadap lingkungan.
1. Pahlawan Sedotan
Pernahkah Anda melihat sedotan yang hanya dipakai 1 kali, kemudian dibuang begitu saja ke tempat sampah? Biasanya fenomena ini kita temukan di coffee shop dan cafe-cafe di mal. Betapa tidak efektif dan efisien penggunaan sedotan dalam kehidupan kita. Kita dapat melakukan perubahan dengan “TIDAK” memakai sedotan ketika memesan minuman. Apakah tanpa sedotan kita tidak bisa minum sama sekali? Tentu tidak, bukan? Kita bisa saja minum tanpa sedotan, meskipun terlihat tidak gaya. Dengan mengurangi penggunaan sedotan, kita sudah mengurangi ribuan ton sampah sedotan setiap tahunnya. Kita juga sudah menghemat bahan baku sedotan yang berasal dari minyak bumi.
2. Pahlawan Tusuk Gigi
Pernahkah kita melihat tusuk gigi yang kita gunakan setelah makan di restoran hanya dipakai 1 kali dan selanjutnya menjadi penghuni tempat sampah? Jujur saya prihatin dengan pemakaian tusuk gigi ini. Memang jika ada sisa makanan yang tertinggal di sela-sela gigi kita akan sangat menganggu aktivitas kita. Namun sadarkan kita jika ada jutaan pohon yang harus ditebang untuk dijadikan tusuk gigi. Sebenarnya kita bisa mengganti tusuk gigi dengan benang untuk membersihkan gigi. Dengan “TIDAK” menggunakan tusuk gigi, kita sudah menyelamatkan nyawa pohon-pohon yang ada di Indonesia.
3. Pahlawan Tisu
Setiap kali saya makan di warung makan, saya selalu melihat gumpalan tisu bekas menggunung di piring orang-orang yang selesai makan. Saya kadang jengkel melihat fenomena ini. Sudah ada wastafel untuk mencuci tangan dan lapnya, kok masih hambur tisu? Itulah yang muncul dalam benak saya. Mereka tak sadar kalau tisu dibuat dari serat pohon. Kita sebenarnya bisa membawa sapu tangan dari rumah asalkan kita mau untuk menggantikan fungsi tisu. Dengan “TIDAK” menggunakan tisu untuk hal-hal kecil, kita sebenarnya sudah mengurangi penebangan pohon di Indonesia.
Sebenarnya bukan tidak bisa yang kita alami dalam menyelamatkan lingkungan. Kita bisa asalkan kita mau. Banyak hal kecil di sekitar kita yang layak mendapat perhatian dan tindakan kita. Kita dapat menyiram pohon yang kering di sekitar kita dengan air sebagai balas jasa kita terhadap lingkungan yang sudah menyediakan oksigen untuk kita hirup. Saya yakin jika kita bisa membalas budi pada lingkungan, lingkungan akan memberi kita alam yang nyaman untuk kita tempati. Maukah kita menjadi Pahlawan Hijau dari sekarang?
Silahkan tuliskan respon Anda untuk memulai perubahan di bawah tulisan ini.
~ oOo ~
Jadi Pahlawan Hijau
Oleh. Daniel Hermawan
Tidak dapat dipungkiri jika lingkungan hidup kita saat ini sudah rusak. Dampak pemanasan global yang semakin kita rasakan akhir-akhir ini merupakan bukti nyata bahwa Bumi sudah mengalami kerusakan. Keadaan ini tentu tidak terlepas dari ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Ada yang membuang sampah sembarangan, menebang pohon tanpa reboisasi, dan berbagai tindakan lainnya yang dapat mengganggu alam. Akibatnya, alam membalas perbuatan manusia.
Lingkungan adalah tempat di mana kita tinggal, hidup, tumbuh, belajar, hingga akhirnya meninggal. Sebagai habitat hidup kita, tentu lingkungan harus terjaga dengan baik. Sebenarnya banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menjadi Duta Lingkungan. Tidak harus tampil di layar kaca ataupun membuat gerakan lingkungan hidup. Cukup dengan tangan dan kaki yang mau melangkah, kita dapat menjadi Pahlawan Hijau bagi diri kita sendiri maupun orang lain.
Apa saja yang dapat kita lakukan untuk membuat lingkungan kembali berseri? Jujur saya telah menerapkan prinsip 4R (Reuse, Refill, Recycle, Reduce) dalam kehidupan sehari-hari. “Mulailah dari hal yang kecil terlebih dahulu.” Itulah prinsip yang saya pegang hingga saat ini. Memang saya bukanlah pegiat lingkungan yang seluruh hidupnya didedikasikan untuk merawat lingkungan, namun saya bisa memberi Bumi nafas baru dari kebiasaan saya sehari-hari.
Saya punya beberapa tips untuk Kompasianer yang mau berbuat baik bagi lingkungan. Hal-hal yang saya sebutkan di bawah ini dapat kita lakukan kapan saja, di mana saja, dan siapa saja asalkan kita peka terhadap lingkungan.
1. Pahlawan Sedotan
Pernahkah Anda melihat sedotan yang hanya dipakai 1 kali, kemudian dibuang begitu saja ke tempat sampah? Biasanya fenomena ini kita temukan di coffee shop dan cafe-cafe di mal. Betapa tidak efektif dan efisien penggunaan sedotan dalam kehidupan kita. Kita dapat melakukan perubahan dengan “TIDAK” memakai sedotan ketika memesan minuman. Apakah tanpa sedotan kita tidak bisa minum sama sekali? Tentu tidak, bukan? Kita bisa saja minum tanpa sedotan, meskipun terlihat tidak gaya. Dengan mengurangi penggunaan sedotan, kita sudah mengurangi ribuan ton sampah sedotan setiap tahunnya. Kita juga sudah menghemat bahan baku sedotan yang berasal dari minyak bumi.
2. Pahlawan Tusuk Gigi
Pernahkah kita melihat tusuk gigi yang kita gunakan setelah makan di restoran hanya dipakai 1 kali dan selanjutnya menjadi penghuni tempat sampah? Jujur saya prihatin dengan pemakaian tusuk gigi ini. Memang jika ada sisa makanan yang tertinggal di sela-sela gigi kita akan sangat menganggu aktivitas kita. Namun sadarkan kita jika ada jutaan pohon yang harus ditebang untuk dijadikan tusuk gigi. Sebenarnya kita bisa mengganti tusuk gigi dengan benang untuk membersihkan gigi. Dengan “TIDAK” menggunakan tusuk gigi, kita sudah menyelamatkan nyawa pohon-pohon yang ada di Indonesia.
3. Pahlawan Tisu
Setiap kali saya makan di warung makan, saya selalu melihat gumpalan tisu bekas menggunung di piring orang-orang yang selesai makan. Saya kadang jengkel melihat fenomena ini. Sudah ada wastafel untuk mencuci tangan dan lapnya, kok masih hambur tisu? Itulah yang muncul dalam benak saya. Mereka tak sadar kalau tisu dibuat dari serat pohon. Kita sebenarnya bisa membawa sapu tangan dari rumah asalkan kita mau untuk menggantikan fungsi tisu. Dengan “TIDAK” menggunakan tisu untuk hal-hal kecil, kita sebenarnya sudah mengurangi penebangan pohon di Indonesia.
Sebenarnya bukan tidak bisa yang kita alami dalam menyelamatkan lingkungan. Kita bisa asalkan kita mau. Banyak hal kecil di sekitar kita yang layak mendapat perhatian dan tindakan kita. Kita dapat menyiram pohon yang kering di sekitar kita dengan air sebagai balas jasa kita terhadap lingkungan yang sudah menyediakan oksigen untuk kita hirup. Saya yakin jika kita bisa membalas budi pada lingkungan, lingkungan akan memberi kita alam yang nyaman untuk kita tempati. Maukah kita menjadi Pahlawan Hijau dari sekarang?
Silahkan tuliskan respon Anda untuk memulai perubahan di bawah tulisan ini.
~ oOo ~
Thursday, April 1, 2010
Perjuangan Sang Pemimpi
Lomba Penulisan Pesta Wirausaha 2010
Tema : “Fight, Grow, and Win”
Perjuangan Sang Pemimpi
Oleh. Dede Hermawan
Siapapun yang berkecimpung dalam dunia usaha ingin sukses. Tak ada seorang pun yang ingin gagal atau bahkan bangkrut dalam menjalankan usahanya. Seringkali itulah yang menjadi anggapan kita selama ini. Padahal, dari berbagai kegagalanlah, kita meraih pengalaman berharga yang membantu kita dalam menjalani lika-liku dunia usaha. Orang yang memilih untuk menyerah pada akhirnya tidak akan menjadi wirausahawan sukses. Itulah mental yang saya tanamkan selama bergelut di dunia wirausaha selama 22 tahun.
Pertama kali, saya memulai usaha di bidang penjualan spare part tekstil pada tahun 1988. Waktu itu, pasar dunia sedang ramai dan pembelian spare part laris manis bak kacang goreng. Apalagi kemajuan industri tekstil terjadi pada masa-masa ini, sehingga saya mengambil peluang ini untuk membuka usaha. Saya keluar dari pekerjaan saya sebagai sales dan membuka usaha spare part sendiri di rumah.
Sebagai seorang mantan sales, saya mulai menawarkan produk spare part yang saya beli dari pembuatnya kepada mantan klien saya dulu. Dengan cepat, produk spare part yang saya miliki diminati oleh banyak perusahaan tekstil lokal dan asing. Saya pun dapat membeli mobil dan membiayai berbagai kebutuhan rumah tangga orang tua saya dengan usaha ini.
Tidak ada usaha tanpa kegagalan. Saya pun pernah mengalami kegagalan yang sangat pahit di era Pemerintahan Soeharto. Harga saham yang anjlok membuat sebagian besar perusahaan tekstil gulung tikar. Hal ini juga berdampak pada penjualan spare part. Saya pernah tidak mendapat order hingga satu bulan semenjak peristiwa reformasi 1998 itu. Namun, saya terus mengerahkan promosi barang saya hingga tetap bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga karena pada saat itu saya sudah menikah dan memiliki anak.
Selanjutnya, hubungan saya dengan klien lama yang langgeng membuat usaha saya stabil kembali pasca tragedi ekonomi tahun 1998. Saya menerapkan prinsip 3 M, yakni Mutu, Murah, dan Mimpi. Saya meningkatkan stok produk spare part dan banyak perusahaan baru yang mulai membeli produk saya. Persaingan di dunia wirausaha yang ketat tidak membuat saya down, tetapi bersemangat untuk menjadi yang terbaik.
Sekarang saya dapat menikmati hasil jerih lelah dan keringat saya di dunia wirausaha bukan karena sebuah kebetulan. Hanya tekad, kemauan, dan mimpi saya untuk terus berusaha yang menuntun saya untuk memenangkan persaingan di era global ini. Semoga kisah ini dapat menginspirasi Anda untuk mulai berkecimpung di dunia wirausaha.
Tulisan ini didedikasikan untuk Pesta Wirausaha 2010, dalam rangka Milad 4 TDA.
~ oOo ~
Tema : “Fight, Grow, and Win”
Perjuangan Sang Pemimpi
Oleh. Dede Hermawan
Siapapun yang berkecimpung dalam dunia usaha ingin sukses. Tak ada seorang pun yang ingin gagal atau bahkan bangkrut dalam menjalankan usahanya. Seringkali itulah yang menjadi anggapan kita selama ini. Padahal, dari berbagai kegagalanlah, kita meraih pengalaman berharga yang membantu kita dalam menjalani lika-liku dunia usaha. Orang yang memilih untuk menyerah pada akhirnya tidak akan menjadi wirausahawan sukses. Itulah mental yang saya tanamkan selama bergelut di dunia wirausaha selama 22 tahun.
Pertama kali, saya memulai usaha di bidang penjualan spare part tekstil pada tahun 1988. Waktu itu, pasar dunia sedang ramai dan pembelian spare part laris manis bak kacang goreng. Apalagi kemajuan industri tekstil terjadi pada masa-masa ini, sehingga saya mengambil peluang ini untuk membuka usaha. Saya keluar dari pekerjaan saya sebagai sales dan membuka usaha spare part sendiri di rumah.
Sebagai seorang mantan sales, saya mulai menawarkan produk spare part yang saya beli dari pembuatnya kepada mantan klien saya dulu. Dengan cepat, produk spare part yang saya miliki diminati oleh banyak perusahaan tekstil lokal dan asing. Saya pun dapat membeli mobil dan membiayai berbagai kebutuhan rumah tangga orang tua saya dengan usaha ini.
Tidak ada usaha tanpa kegagalan. Saya pun pernah mengalami kegagalan yang sangat pahit di era Pemerintahan Soeharto. Harga saham yang anjlok membuat sebagian besar perusahaan tekstil gulung tikar. Hal ini juga berdampak pada penjualan spare part. Saya pernah tidak mendapat order hingga satu bulan semenjak peristiwa reformasi 1998 itu. Namun, saya terus mengerahkan promosi barang saya hingga tetap bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga karena pada saat itu saya sudah menikah dan memiliki anak.
Selanjutnya, hubungan saya dengan klien lama yang langgeng membuat usaha saya stabil kembali pasca tragedi ekonomi tahun 1998. Saya menerapkan prinsip 3 M, yakni Mutu, Murah, dan Mimpi. Saya meningkatkan stok produk spare part dan banyak perusahaan baru yang mulai membeli produk saya. Persaingan di dunia wirausaha yang ketat tidak membuat saya down, tetapi bersemangat untuk menjadi yang terbaik.
Sekarang saya dapat menikmati hasil jerih lelah dan keringat saya di dunia wirausaha bukan karena sebuah kebetulan. Hanya tekad, kemauan, dan mimpi saya untuk terus berusaha yang menuntun saya untuk memenangkan persaingan di era global ini. Semoga kisah ini dapat menginspirasi Anda untuk mulai berkecimpung di dunia wirausaha.
Tulisan ini didedikasikan untuk Pesta Wirausaha 2010, dalam rangka Milad 4 TDA.
~ oOo ~
Subscribe to:
Posts (Atom)