Life Is A Book - Berbagi inspirasi dan kreasi lewat kata. Mengisi lembaran kehidupan dengan cerita dan kisah. Sebuah kumpulan memoar kehidupan dalam jejak waktu dan ruang. Selamat menjelajah dan menikmati petualangan literasi dalam setiap alurnya - Life Is A Book

Sunday, January 31, 2010

Pakai XL : Harga Pas, Kualitas Puas

Lomba Karya Tulis XL Award 2009 (Kategori Masyarakat Umum)
Tema : “Upaya XL memberikan layanan telekomunikasi terbaik bagi pelanggan dan Indonesia”
Tema Pilihan : “Dampak tarif telekomunikasi yang murah terhadap upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia”

Pakai XL : Harga Pas, Kualitas Puas

Tak terasa sudah 2 tahun saya menjadikan XL sebagai operator seluler saya. Selama itu pula, saya menikmati berbagai program menarik yang ditawarkan XL. Baru-baru ini, saya mendaftarkan diri dalam Program XL 100 juta dengan mengirimkan nama ke 123. Mungkin keberuntungan belum membawa saya untuk meraih tabungan 100 juta itu. Yang pasti, banyak tangan-tangan yang sudah terbantu XL sejak pemenang program ini diumumkan 4 Januari 2010 di ANTV setiap pukul 20.00 WIB.

XL : Tarif Murah

Kenapa saya memilih XL? Pertanyaan itu sedikit menggelitik hati saya. Di antara banyaknya operator seluler di Indonesia, hanya XL yang melekat dalam hati saya. Banyak pertimbangan yang mendasari pilihan ini. Pertama, XL memberikan tarif yang pas di kantong pelajar. Sebagai seorang pelajar, saya pribadi menilai tarif XL merupakan tarif yang relatif terjangkau di kalangan pelajar. Dengan uang jajan sehari, saya bisa mendapat layanan yang berkualitas dari XL.

Tentunya tarif yang murah dari XL sangat berpengaruh terhadap kehidupan pengguna XL, khususnya kaum pelajar. Banyak operator lain yang sangat menyedot pulsa ketika digunakan untuk menelepon dan SMS, sehingga pelajar harus merogoh kocek lebih untuk kebutuhan pulsa. Belum lagi, ada berbagai kebutuhan lainnya yang harus dipenuhi, seperti pembayaran uang SPP, alat tulis, dan widyawisata. Akibatnya, pelajar harus merelakan kebutuhan vitalnya untuk pemenuhan kebutuhan akan telekomunikasi karena tarif yang mahal. Hal ini tentu sangat menurunkan kualitas hidup pelajar Indonesia.

Tarif yang murah tentu akan memudahkan pelajar untuk menghemat uang. Pelajar juga bisa menabung dan menggunakan uang untuk kegiatan yang lebih penting dan bermanfaat. Komunikasi pelajar dengan idaman hatinya pun tetap lancar tanpa membuat kantong bolong. Peran serta XL dalam memberikan tarif murah tentu sangat nyata dalam hal ini. Saya pun sangat merasakan dampaknya. Sebelum XL, saya menggunakan operator GSM lain. Dalam waktu kurang dari seminggu, pulsa Rp 20.000,00 sudah terkuras habis ketika digunakan untuk menelepon. XL membuat pemenuhan kebutuhan vital pelajar terpenuhi tanpa membuat jalinan telekomunikasi terputus.

XL : Program Variatif

Kedua, program XL bervariasi dan menguntungkan konsumen. Saya salut dengan program gratis 60 SMS yang iklannya ditayangkan di televisi. Program tersebut sangat membantu saya dalam berkomunikasi dengan teman. Hanya dengan menekan *123#, saya bisa bebas ber-SMS untuk menanyakan tugas, memberitahu teman, dan menghubungi saudara tanpa takut pulsa habis. Saya juga bebas berinteraksi dengan teman baru dengan SMS gratis ini. XL membuat saya memiliki teman baru yang bisa mendengar curhat saya lewat SMS. Saya sangat berterima kasih padamu, XL.

Tak ketinggalan Program XL 100 juta yang booming di pasaran saat ini. Saya salut dengan XL yang mau mengadakan program berbudget besar ini demi kepuasan pelanggan. Saya menghitung XL harus mengeluarkan Rp 5,7 miliar untuk 57 orang pemenang program ini. XL membantu 57 orang yang beruntung untuk mewujudkan mimpi dan harapan mereka selama ini. Mereka bisa memiliki rumah, mobil, tabungan, dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Saya yakin program XL ini sangat membantu masyarakat Indonesia dalam meningkatkan kualitas hidup mereka selama ini.

XL : Komunikasi Lancar

Ketiga, XL memberikan saya kebebasan dalam berkomunikasi. Program nelpon sepuasnya sangat membantu saya menghubungi teman dalam menyelesaikan tugas kelompok. Sebelum menggunakan XL, biasanya saya harus cepat-cepat berkomunikasi dengan teman karena takut pulsa habis. Dengan XL, komunikasi nyaman dan kantong aman. Dengan tarif Rp 300,00 saya dapat menikmati bicara berjam-jam selama pagi hari sepuasnya. Maksimal saya hanya perlu merogoh kocek Rp 1.800,00 untuk menelepon sepuasnya.

Tak ketinggalan bonus internet dan SMS yang selalu menanti saya ketika melakukan isi ulang. Saya dapat meng-update status Facebook dengan mudah. Bonus SMS juga dapat saya gunakan untuk memberikan ucapan inspiratif pada teman. XL membuat saya tidak jadul dan mudah mengikuti arus jaman. Saya juga dapat memberikan motivasi bagi teman-teman saya dengan mengirimkan SMS inspiratif. XL benar-benar membuat saya bebas berekspresi dalam berkomunikasi.

XL : Bermutu Tinggi

Keempat, produk XL bermutu tinggi. Saya melihat produk BlackBerry yang ditawarkan XL memiliki kualitas yang tak berbeda jauh dengan aslinya. Saat ini, saya memakai BlackBerry tipe Javelin keluaran XL. BlackBerry yang saya pakai sangat bermanfaat dalam menunjang kebutuhan komunikasi saya. Saya juga dapat terkoneksi dengan internet dengan mudah. Hanya dengan berlangganan internet dari XL dengan tarif yang relatif terjangkau, saya dapat melakukan search untuk kebutuhan informasi saya.

HP Nexian Qwerty yang ditawarkan XL beberapa waktu lalu, sangat membantu masyarakat kalangan menengah ke bawah yang ingin menikmati BlackBerry dengan mudah. Hanya dengan harga ratusan ribu, mereka dapat menikmati fasilitas dan fitur BlackBerry. Tak ketinggalan juga dengan kalangan pelajar. Banyak teman saya membeli produk XL dengan uang jajan mereka karena harganya yang kompetitif dan kualitasnya yang tidak perlu diragukan lagi.

XL : Layanan Terbaik

Terakhir, XL selalu memberikan layanan terbaik. Saya menilai XL memiliki kinerja yang handal dibandingkan operator lain. XL juga selalu menginformasikan program baru secara terbuka lewat media iklan di televisi dan media cetak, sehingga memudahkan saya dalam menikmati keuntungan yang ditawarkan program tersebut. Berbeda dengan operator lain yang programnya sangat sedikit dan jarang dipublikasikan di berbagai media.

Saya juga tidak kesulitan menggunakan XL di tempat terpencil karena jaringan XL sangat luas. Program undian berhadiah yang dilakukan XL pun dilakukan secara terbuka ditayangkan di televisi, sehingga saya tidak penasaran dengan orang-orang yang beruntung dalam program tersebut. Saya sempat kecewa dengan salah satu operator seluler yang tak pernah mempublikasikan nama pemenang dalam program undian berhadiahnya. Yang ada, malah pulsa saya terpotong untuk mengikuti program tersebut tanpa hasil. XL memang operator seluler yang dapat saya handalkan.

XL di Mata Pelajar

XL memiliki pangsa pasar yang luas di berbagai kalangan masyarakat. Dalam hal ini, tak ketinggalan kalangan pelajar yang mendominasi pengguna setia XL. Sebagai perbandingan, sebanyak 10 dari 39 pelajar di kelas saya menggunakan XL sebagai operator seluler mereka. Hal ini berarti XL memiliki persentase yang cukup besar di kelas saya, yakni sebesar 25,6%. Tentu dengan memiliki persentase pengguna yang besar, XL harus senantiasa memberikan program yang menarik bagi pelajar.

Saya masih teringat kartu perdana XLent dari XL yang saya terima sebagai merchandise dari hadiah pengisian opini di sebuah surat kabar. Sayangnya program pemberian kartu perdana gratis itu hanya berlangsung selama 6 bulan. Saya rasa hadiah ini akan sangat bermanfaat bagi XL untuk mengenalkan berbagai keuntungan yang akan didapatkan pengguna XL di kalangan pelajar.

XL juga senantiasa menjadi saluran kreativitas pelajar. Saya tertarik dengan isi majalah XL News yang isinya sangat variatif, kreatif, dan inovatif. Hanya XL yang berani mengadakan majalah untuk pelajar sebagai sebuah operator seluler. Majalah tersebut juga dapat diperoleh secara cuma-cuma. Saya sangat menikmati setiap edisinya. Operator lain belum ada yang menandingi XL dalam hal ini.

Berbagai Pentas Seni (Pensi) pun disponsori XL. Meskipun XL tidak memberikan sponsor dalam acara sekolah saya, saya acungkan jempol untuk kontribusi XL dalam menyukseskan acara Pentas Seni sekolah lain. Tanpa XL, tentu acara yang diadakan sekolah tidak dapat berjalan dengan lancar. XL memberikan perhatian penuh terhadap pendidikan, di samping fungsinya sebagai operator seluler.

Saya berharap XL tetap mengadakan program hemat untuk pelajar. Saya yakin dengan program yang ditawarkan XL, uang jajan yang kami miliki tidak akan habis untuk pulsa. Saya juga berharap adanya sosialisasi XL ke sekolah-sekolah di Indonesia dengan pembagian merchandise XL gratis. Saya ingin pelajar seperti saya dapat menggunakan XL sebagai operator seluler mereka yang menguntungkan.

Saya sempat mewawancarai salah seorang rekan saya yang saat ini sudah duduk di semester akhir jurusan Managemen sebuah universitas swasta terkemuka di Kota Bandung. Berikut testimonial yang ia berikan.
Lay Evanny (081931378XXX)
“Pertimbangan saya memilih XL sebagai operator seluler HP saya karena banyak teman saya yang memakai XL. Di samping itu, keuntungan yang saya dapatkan dari XL juga sangat banyak. Tarif yang murah ke sesama XL dan berbagai program menarik, seperti nelpon sepuasnya, bonus 60 SMS gratis, dan bonus internet. Saya juga bisa melakukan private number dengan XL. Meskipun ada beberapa kekurangan yang terdapat dalam XL, seperti sinyal yang kurang kuat di daerah tertentu dan SMS yang pending waktu dikirim saat hari raya. Saya berharap ke depannya XL bisa memperbaiki kedua hal ini. Semoga XL semakin maju terus di Indonesia. Chayoo XL!”

Tak ada gading yang tak retak. Demikian pula setiap operator seluler yang ada di Indonesia. Setiap operator memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Menurut saya, XL tetap operator terbaik yang menawarkan berbagai keuntungan di kalangan pelajar. Saya berharap tarif murah XL terus berlaku agar setiap pelajar dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Tidak hanya untuk pemenuhan pulsa, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan penting lainnya. Selamat berkarya dan mewujudkan mimpi-mimpi pelajar di Indonesia dengan programmu. Doa saya menyertaimu, XL!

~ oOo ~

Saturday, January 23, 2010

Cintai Sejarah Bangsa

Cintai Sejarah Bangsa
By. Daniel Hermawan

Menurut penelitian yang dilakukan sejumlah mahasiswa di Indonesia, kunjungan remaja ke museum tergolong sangat rendah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, kita patut prihatin terhadap rasa cinta kita terhadap sejarah bangsa. Remaja lebih suka menghabiskan waktunya di mal daripada berkunjung dan melihat benda-benda peninggalan masa lampau. Pemerintah mencanangkan tahun 2010 sebagai tahun kunjungan museum untuk menumbuhkan kecintaan kita sebagai masyarakat Indonesia terhadap sejarah bangsa.

Saya tertarik dengan keraton dan museum Surakarta yang sekolah saya kunjungi pada widyawisata lalu. Di sana, kami melihat benda-benda peninggalan sejarah yang tidak ternilai harganya. Yang membuat saya kagum adalah perawatan yang dilakukan penjaga keraton agar benda berusia ratusan tahun itu tetap utuh seperti asalnya. Tentu merawat benda bersejarah membutuhkan ketelitian, ketekunan, dan tanggung jawab yang tinggi. Kami juga diajak menelusuri jejak sejarah lewat benda mati yang menjadi saksi bisu peristiwa di masa lampau. Begitu banyak hal yang bisa dipelajari dari keraton Surakarta ini.

Di Bandung, kita dapat menemukan berbagai benda purbakala dan budaya Indonesia di Museum Geologi, Museum Asia Afrika, Museum Sri Baduga, dan berbagai museum lainnya. Sebagai remaja, seringkali kita malas mengunjungi museum. Kita sering berpikir toh museum cuma begitu-begitu saja. Tidak ada yang dapat dibeli dan dinikmati bersama teman. Alasan itu memang menjadi pola pikir remaja saat ini.

Coba bayangkan bila tidak ada museum di Indonesia. Barang-barang bernilai historis dibiarkan begitu saja tergeletak. Tentu keutuhan dan daya tahan barang itu semakin berkurang, bukan. Akhirnya, benda bersejarah hilang begitu saja dijual oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kita pun tidak dapat melihat peninggalan sejarah generasi terdahulu secara nyata lewat benda-benda tersebut. Hal ini tentu sangat tidak kita harapkan.

Saya berharap tahun 2010 sebagai tahun kunjungan museum ini dapat menjadi momentum bagi kita semua untuk lebih mencintai sejarah bangsa. Saya mengacungkan jempol untuk museum luar negeri, seperti Museum Louvre di Perancis yang terawat dan tertata dengan rapi. Indonesia yang memiliki berbagai kekayaan sejarah, tentu harus mengemas museum dengan menarik agar menjadi media yang informatif dan edukatif bagi pelajar. So, kita sebagai remaja sudah sepatutnya mencintai dan menjaga warisan bangsa dengan mempelajarinya. Jadikan museum sebagai sarana pembelajaran mata pelajaran Sejarah interaktif yang menarik.

Melestarikan Bahasa Sunda di Era Globalisasi

Melestarikan Bahasa Sunda di Era Globalisasi
By. Daniel Hermawan

Seperti yang kita ketahui, bahasa Sunda merupakan salah satu dari ribuan kekayaan budaya bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya. Sebagai negeri yang terdiri dari ribuan suku bangsa, Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya terbesar di dunia. Hal ini tentu patut kita syukuri karena bangsa ini dianugerahi kultur yang beraneka ragam.

Akhir-akhir ini, pendidikan bahasa asing semakin gencar ditawarkan oleh berbagai lembaga pendidikan. Mungkin Anda sudah tidak asing lagi dengan Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran asing yang di-UNkan. Di sekolah saya terdapat 5 pelajaran bahasa, yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, Bahasa Jepang, dan Bahasa Jepang. Tentunya penambahan bahasa asing dalam kurikulum sekolah menjadi sebuah prestise dan kebanggaan bagi sekolah. Terlebih jika pelajar di sekolah tersebut berprestasi dalam bidang asing tersebut.

Jujur saja, fenomena melemahnya bahasa daerah, seperti Bahasa Sunda semakin dirasakan bagi saya pribadi. Di sekolah saya, Bahasa Sunda diberi jatah 2 jam untuk 1 kali pertemuan per bulannya. Berbeda dengan mata pelajaran asing, seperti Bahasa Jepang yang mendapat jatah 2 jam setiap minggunya. Hal ini menunjukkan bahasa daerah kini mulai dikesampingkan. Sementara itu, bahasa asing diprioritaskan keberadaannya.

Saya prihatin melihat bahasa daerah yang menjadi tombak kekayaan budaya bangsa diabaikan begitu saja. Remaja masa kini lebih suka berbahasa asing agar terkesan intelek dan gaul. Sementara bahasa Sunda sendiri dibiarkan terkubur karena dianggap bahasa yang jadul, kolot, dan ketinggalan zaman. Tentunya para leluhur kita kecewa karena budaya yang mereka perjuangkan tidak kita hargai keberadaannya.

Ok, mungkin kita boleh memiliki persepsi seperti itu. Kita bebas mempelajari bahasa asing untuk mengembangkan diri kita lebih baik di kancah internasional. Apalagi era globalisasi memudahkan kita mendapatkan informasi dan berkomunikasi dari dan ke berbagai penjuru dunia. Namun, jangan sampai kita menjadi kacang yang lupa kulitnya. Seburuk-buruknya bahasa Sunda, tetap harus kita lestarikan dan hargai. Jangan sampai bahasa Sunda menjadi rebutan bangsa lain karena ketidakpedulian kita.

Belajarlah dari pengalaman. Jangan sampai kasus direbutnya kekayaan budaya bangsa baru-baru ini terulang kembali akibat perilaku kita selama ini. Bahasa Sunda adalah kebanggaan negeri kita. Maka dari itu, gunakan dan lestarikan bahasa Sunda dengan sebaik-baiknya!

Mengenal Kain Asli Indonesia

Mengenal Kain Asli Indonesia
By. Daniel Hermawan

Tak terasa sudah 3 bulan batik diakui UNESCO sebagai warisan budaya asli Indonesia. Sejak diresmikannya batik pada tanggal 2 Oktober 2009 di Perancis, berbagai lembaga berbondong-bondong mewajibkan pemakaian batik sebagai wujud kecintaan terhadap budaya bangsa. Kini, batik sudah aman dalam genggaman tangan bangsa Indonesia.

Namun ada juga kain asli Indonesia, selain batik, yang belum aman dari ancaman bangsa lain. Tak kenal, maka tak sayang. Peribahasa ini sangat cocok dengan keberadaan warisan budaya di Indonesia. Nah supaya kain asli Indonesia ini dapat diakui UNESCO dan mengikuti jejak batik, mari kita berkenalan lebih dekat dengan mereka.

Batik

Kain asli Indonesia yang satu ini sudah tidak asing lagi dalam kehidupan kita. Nama kain yang berasal dari Jawa ini berasal dari bahasa Jawa, yaitu amba yang berarti menulis dan titik yang berarti titik. Berdasarkan asal kata batik, kita tahu cara pembuatan batik yang menuliskan titik-titik dengan canting. Tinta yang digunakan untuk menulis batik disebut malam.

Corak dan motif batik ternyata menentukkan status sosial seseorang pada jaman dulu. R. A. Kartini, seorang pejuang kaum wanita selalu mengenakan batik dengan motif parang untuk menunjukkan statusnya sebagai bangsawan. Sekarang, corak dan motif batik bebas digunakan oleh siapa saja, tanpa memandang status sosial orang tersebut. Saat ini, hanya keluarga kerajaan Surakarta dan Yogyakarta yang masih menganut kebudayaan jaman dulu dengan mengenakan batik bermotif tertentu.

Batik biasanya dipakai dalam acara yang bersifat resmi. Nah sebagai generasi penerus bangsa, kita bisa mengubah pola pikir itu. Hal itu dapat kita lakukan dengan memakai batik dalam acara non formal dipadu dengan gaya masa kini. Dengan desainer handal, tentunya kita bisa memasangkan batik dengan model yang up to date. Dijamin kita tetap gaya dan rasa kepedulian kita terhadap batik semakin meningkat. Pemerintah juga sudah menetapkan pegawai BUMN/BUMD untuk wajib menggunakan batik pada hari Kamis, Jumat, dan Sabtu.

Tentunya kita patut bangga memakai batik. Kain asli Indonesia yang satu ini dibuat dengan tingkat kesulitan yang tinggi dan memiliki motif yang sangat unik. Banyak wisatawan asing berbondong-bondong ke Indonesia untuk mempelajari cara pembuatan batik. Sebagai warga Indonesia, sudah sepatutnya kita mencintai budaya bangsa. Hal ini dapat kita lakukan dengan antusias mempelajari cara pembuatan batik dan bangga memakainya. Jangan sampai kita kalah dengan bule-bule yang bangga memakai batik.

Ulos


Ulos atau yang berarti kain ini lekat dengan budaya Batak yang ada di Sumatera Utara. Ulos dibuat dengan cara menenun. Warna yang biasanya dipakai dalam pembuatan ulos, antara lain hitam, merah dan putih, dengan tenunan benang emas atau perak.

Ulos juga ternyata memiliki arti tersendiri dalam budaya Batak. Misalnya, ulos Sibolang dipakai pada saat berkabung dan umumnya diberikan kepada istri orang yang meninggal. Contoh lainnya, ulos Saput yang dipakai untuk membungkus jenazah. Ulos biasanya dipakai dalam acara adat.

Well, meskipun Ulos adalah kain kebudayaan Batak, kita juga harus peduli terhadap nasib kain asli Indonesia yang satu ini. Hal ini dapat dilakukan dengan mempromosikan Ulos dalam berbagai media, seperti blog, media massa, juga situs pariwisata Indonesia. Tunjukkan keunikan dan makna pemakaian Ulos, sehingga Ulos dapat dikenal dan eksis di Indonesia. Jangan lupa untuk mendukung pengakuan Ulos sebagai warisan budaya Indonesia ke UNESCO, agar Ulos tidak menjadi korban penculikan bangsa lain.

Songket


Kain yang awalnya dipakai untuk destar atau ikat kepala laki-laki ini juga dibuat dengan cara ditenun. Sutera dengan benang emas dan perak merupakan kain yang biasa dipakai dalam pembuatan songket. Untuk menjadi selembar kain, songket harus ditenun melalui delapan tingkat. Karena prosesnya rumit, kain songket baru bisa selesai dalam waktu tiga hari. Tak heran harga songket umumnya sangat tinggi sesuai dengan tingkat kesulitan dalam pembuatannya.

Songket terdiri dari 2 jenis, yaitu songket balapak dan songket batabua. Songket balapak motifnya ditenun padat dan rapat, sedangkan songket batabua motifnya ditenun tersebar.

Melihat Songket yang memiliki tingkat kerumitan sangat tinggi, kita patut bangga lho dengan kain asli Indonesia yang satu ini. Pembuatan Songket mengindikasikan tangan-tangan terampil pengrajin Indonesia yang luwes dalam menenun. Kita juga bisa ambil bagian dalam melestarikan Songket sebagai budaya bangsa. Caranya, kita bisa mempromosikan penjualan kain Songket ke mancanegara lewat media yang disediakan internet, seperti e-Bay. Tentu selain Songket semakin dikenal oleh orang-orang di seluruh dunia, juga mendatangkan devisa bagi negara tercinta. Ayo, kita promosikan Songket!

Tenun Ikat


Pembuatan kain yang populer di daerah Bali dan Nusa Tenggara ini termasuk unik. Why? Ternyata sebelum ditenun, kain ini sudah melalui proses tye dye untuk membuat corak dan warna yang diinginkan. Di Indonesia, ada 3 jenis tenun ikat, yakni tenun ikat lungsi, tenun ikat pakan, dan tenun ikat ganda. Biasanya kita sering menemukan tenun ikat ganda di Bali. Sedangkan tenun ikat yang ada di Flores biasanya hanya menggunakan satu motif di tengah kain. Perbedaan itu menunjukkan ciri khas kain tenun ikat dari tiap wilayah dengan ciri dan maknanya tersendiri. Secara fungsional, kain tenun ikat sama-sama dipakai sebagai sarung atau selendang, pada acara adat atau yang bersifat resmi.

Wow, ternyata kain asli Indonesia yang satu ini memiliki beragam motif di berbagai daerah. Berarti tiap daerah punya tangan-tangan kreatif untuk menghasilkan kain tenun ikat ini. Kita juga bisa menunjukkan kepedulian kita terhadap kain tenun ikat dalam kehidupan sehari-hari lho. Kalau kita pernah berkunjung ke Bali, kita bisa membeli kain tenun ikat ini dengan harga yang cukup terjangkau. Kita bisa menjadikan kain tenun ikat ini sebagai pajangan dinding, juga asesoris pelengkap dalam tarian tradisional. Bangga dong punya kain beraneka motif ini.

That’s all. Keempat kain asli Indonesia ini memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, baik dalam cara pembuatan, corak, dan motifnya. Sebagai anak bangsa, kita patut bangga dengan keluwesan tangan pengrajin Indonesia dalam pembuatan kain-kain ini. Tak lupa kita juga harus menjaga dan melestarikan kain asli Indonesia ini. Jangan biarkan tangan asing menjamah dan merebut kebudayaan bangsa kita, seperti Tari Pendet, Lagu Rasa Sayange, dan kawan-kawannya. Mari tunjukkan kepedulian kita pada kain asli Indonesia!

Let’s do a small thing to get a big thing. Kamu bisa turut mendukung kain asli Indonesia ini untuk segera diakui UNESCO dengan mengirimkan vote dan komentar di blog ini.

Thursday, January 21, 2010

Made In Indonesia

Made In Indonesia
By. Daniel Hermawan

Ketika berjalan-jalan di pusat perbelanjaan, Anda pasti menemukan barang impor. Baik itu tas, sepatu, pakaian, dan berbagai aksesoris lainnya yang dijual dengan harga yang variatif. Banyak orang membeli barang impor bermerek, meskipun harganya sangat mahal demi tampil gaul dan up to date. Pusat perbelanjaan yang sering mengadakan diskon barang impor pun banyak dikerumuni pengunjung.

Rasanya jarang sekali kita melihat barang dengan label “Made In Indonesia” berjejer di pusat perbelanjaan. Berbeda dengan barang impor yang selalu memenuhi pertokoan dengan variasi produknya. Kita sudah punya pemikiran barang impor bermerek lebih gaya dan modern daripada barang dalam negeri. Akibatnya, kita lebih bangga membeli dan menggunakan barang impor daripada barang dalam negeri.

Saya prihatin melihat anak bangsa yang lebih menyukai barang impor daripada barang dalam negeri. Ibarat kacang lupa sama kulitnya, Belia lebih memilih dan membanggakan barang impor daripada barang dalam negeri. Peminat barang dalam negeri pun turun drastis dan para pengusaha barang dalam negeri terancam gulung tikar. Apakah kita mau bangsa kita kehilangan jati dirinya karena tidak memiliki produk dalam negeri yang dapat dibanggakan? Tentu tidak, bukan.

Satu hal yang harus kita renungkan dalam hati. Bagaimana kita dapat mencintai bangsa kita sendiri, jika kita tidak mencintai produk bangsanya sendiri? Produk impor seakan-akan membutakan rasa nasionalisme kita dengan sikap konsumtif kita akan produk impor. Ok, kita boleh berargumen barang impor jauh lebih bagus dari segi kualitasnya. Namun, kita pun harus membanggakan barang dalam negeri yang menjadi kebanggakan bangsa kita di dunia internasional.

Saya mengamati orang asing yang berkunjung ke Indonesia menyukai produk Indonesia dan rela mengeluarkan kocek yang besar untuk membeli cinderamata dari Bumi Pertiwi. Mereka pun dengan bangga memakainya. Apa kita tidak malu dengan sikap kita selama ini yang lebih membanggakan produk luar negeri? Orang asing saja bisa menghargai kerajinan dan produk bangsa lain, masakan kita tidak bisa.

Sebagai anak bangsa, minimal kita harus bangga dengan produk yang bisa dihasilkan bangsa kita. Saat ini, mungkin produk bangsa kita masih kuno dan jadul. Namun saya yakin dengan kontribusi Belia, bukan mustahil produk dalam negeri akan lebih baik dari produk impor. Bukan mustahil pula, kita dapat melihat produk dengan label “Made In Indonesia” berjejer di pusat perbelanjaan dunia.