Life Is A Book - Berbagi inspirasi dan kreasi lewat kata. Mengisi lembaran kehidupan dengan cerita dan kisah. Sebuah kumpulan memoar kehidupan dalam jejak waktu dan ruang. Selamat menjelajah dan menikmati petualangan literasi dalam setiap alurnya - Life Is A Book

Sunday, December 5, 2010

Mila, Si Anak Ajaib

Lomba Celoteh Anak Blogfam

Mila, Si Anak Ajaib

banner-celoteh-anak
Masa anak-anak pastinya menjadi masa-masa paling menyenangkan, sekaligus merepotkan bagi orang tua di seluruh dunia. Repot karena kerewelan dan sulitnya mengatur anak-anak yang masih kecil nan lincah. Sebagai orang tua, tentu kita tidak mungkin bermain kucing-kucingan dengan anak sendiri, bukan? Bisa-bisa kita ngos-ngosan mengejar anak untuk makan, mandi, dan belajar.

Di balik itu, ternyata banyak hal menyenangkan yang kita dapatkan dari dunia anak-anak lho. Sadar tidak sadar, anak-anak banyak mempengaruhi kita untuk tetap tersenyum dan bergembira sepanjang saat. Anak-anak yang masih polos, lucu, dan menggemaskan itu punya imajinasi yang tinggi. Berbeda dengan kita yang sudah berumur, yang berpikir realistis dan apa adanya. Nah dari imajinasi itulah, anak-anak melantunkan celotehan yang membuat saya tidak habis pikir dan tertawa terbahak-bahak.

Waktu itu, saya sedang mencuci piring di dapur. Kebetulan hari mulai beranjak maghrib dan tiba saatnya bagi saya untuk memandikan si kecil. “Mil, ayo ke sini. Sekarang kita mandi yuk!” ajak saya padanya. “Ga mau ah. Mila masih mau main.” balasnya cepat. Aku pun menghampiri Mila yang sedang sibuk berkutat dengan boneka Barbienya. “Cepat Mila nanti kamu masuk angin!” kata saya perlahan. Ku lihat Mila tetap asyik saja dengan properti Barbie lainnya tanpa mempedulikan saya.

Krik… krik… krik… Waktu pun berjalan dengan lambatnya. Tidak ada respon dari Mila sedikitpun. “Mila, cepat mandi! Mama mau beresin pekerjaan yang lain!” kataku cepat. Kali ini, Mila menatapku dengan polos. “Tapi Mila juga mau mandiin Barbienya, Ma. Kasihan nanti mereka bau.” katanya sambil menunjukkan wajah tak berdosa. Gubrak! “Ya sayang, nanti Barbienya bisa kamu mandiin setelah kamu mandi ya.” kataku mulai tak sabar.

Mila kembali sibuk dengan aktivitasnya. “Mila, kamu mau masuk angin ya?” kataku kencang. “Ih, mama kenapa rebut sih. Di sini ga ada angin, Ma. Jendela udah Mila tutup semua. Ga mungkin Mila masuk angin dong, Ma. Gimana sih mama?” katanya cepat. Aku kehabisan kata-kata untuk menghadapi anak ajaib ini. Akhirnya, ku tarik paksa Mila ke kamar mandi.

“Mila, sekarang kamu ikut mama ke kamar mandi!” perintahku cepat sambil menarik lengan Mila. Mila pun beranjak turun dari kursinya sambil melambai pada boneka Barbienya. “Barbie, dadah. Nanti aku dandanin kamu lagi ya.” katanya perlahan. Aku manarik nafas sejenak.

“Ma, kenapa sih papa suka semprot-semprot parfum di kamar? Padahal kan kamarnya ga bau.” tanya Mila perlahan. Aku pun menjawab sambil membersihkan sabun yang ada di sekujur tubuhnya. “Mila, papa itu sedang semprot obat nyamuk, bukan parfum. Obat nyamuk itu fungsinya buat bunuh nyamuk. Di kamar papa kebetulan banyak nyamuk yang gigit kaki papa. Gitu.” jawabku sesingkat-singkatnya. “Lho kok nyamuknya dikasih obat nyamuk. Bukannya nyamuknya jadi sembuh udah makan obat nyamuk?” tanyanya polos. Gubrak! Lagi-lagi aku kalah telah dari Mila.

Sesudah mandi, Mila pun ku ajak untuk menelepon papanya. “Mila, nanti kamu telepon papa dulu ya. Kamu harus bilang ‘aku sayang papa’ ya. Ngerti Mila?” tanyaku perlahan. Mila pun mengangguk-anggukan kepalanya. Ku sambungkan telepon ke ponsel ayahnya. Aku pun menyodorkan telepon ke Mila. “Ayo jawab sesuai yang mama minta ya Mila.” bisikku padanya. Telepon pun tersambung.

“Halo…” katanya panjang. “Mila? Halo juga. Ada apa, Nak?” tanya suara di seberang sana. “Aku dipaksa mama suruh bilang aku sayang papa.” kata Mila singkat. What’s? Ku dengar papanya tertawa cekikikan di telepon. “Mila, nanti kamu bilang ‘papa sayang mama’ ya ke mama. Bilang dipaksa papa. Dadah Mila.” kata papanya sambil menutup telepon. Mila hanya memandangku dengan tatapan tak bersalah.

Aku pun terkekeh melihat tingkah anak kecilku ini. Memang dunia anak sulit diselami orang tua sepertiku. Bangga juga aku memiliki Mila, si anak ajaib itu dengan celoteh polosnya.

No comments:

Post a Comment